search judul postingan

Silent~ (cerpen)


SILENT


Larut dalam hening malam. Rasa dingin yang begitu menusuk kulit terasa biasa saja. Sangat biasa jika dibandingkan dengan perasaannya saat ini.

Bingung.

Ia sangat suka membuat orang lain bahagia. Ia selalu berusaha melakukan apapun untuk mencoba orang disekitarnya bahagia. Bahkan baginya hidup itu memang hanya untuk melihat orang lain bahagia.
Tapi? Apa untuk membuat orang lain bahagia harus sesakit ini? apa salah jika ia memimpikan sesuatu yang diluar batas kemampuannya? Atau memang sesungguhnya keaijaiban itu tidak pernah ada?

Siapa yang bisa menjawab?
Adakah yang memikirkan itu?

Dia diam. Dia hanya diam. Mengubur segala angan indah yang dianggap orang lain kelam. Ya diam bukankah akan lebih baik?

Apa maunya?

Siapa yang tahu? Hanya dirinya yang tau. Hanya otaknya dan hatinya yang menimbun segala keinginan gila yang tidak pernah ia dapat.

Tuhan pasti tahu.
Ia tidak sendirian menyimpan hal itu sendirian. Ia sadar bahwa Tuhan pasti tahu. Tapi untuk mengakui kepada Tuhannya pun ia merasa malu. Merasa tak pantas. Dan terlalu gila. Dan ya. Mungkin hanya keajaiban yang bisa mewujudkan apa yang ia inginkan.

Dia hanya diam. Karna tidak ada yang mengerti.

Apa ia punya seseorang?
Tentu punya.

Tapi untuk menjadi pegangannya ..... terlalu sulit rasanya untuk digenggam. Jikalau pun diperhatikan.. ia hanya sendirian.

Ada yang peduli?
Sangat banyak.

Sangat banyak orang yang menyayanginya. Tapi, kenapa? Ia tetap harus diam? Memendam apa yang ia inginkan sendirian?

Jelas jawabannya adalah ia takut untuk membuat lainnya bersedih. Bahkan akan sangat sakit bila ia harus bahagia sendirian sedangkan yang lainnya sedih. Ia lebih memilih sedih sendirian. Dan mengamati yang lainnya bahagia. Tentu dengan diamnya.

Tidak akan ada yang tau apa perasaannya. Tidak akan.

***************************************************************************

Shilla duduk pada sebuah bangku panjang berwana putih di koridor sekolah. Duduk ditengah-tengah orang yang sedang tertawa bahagia menikmati UN yang telah selesai dijalaninya. Ia pun terlihat sedang tertawa. Ikut meramaikan suasana. Tertawa dalam arti apa? Menyembunyikan kesedihan?

Selang beberapa waktu ia memutuskan untuk menghampiri temannya. Menyapa dan memberikan senyum yang ia usahakan akan terlihat sebagai orang yang paling bahagia di dunia. Ia sangat tidak sabar untuk pulang. tapi, ia masih harus menunggu temannya yang sedang bahagia bercanda dengan kekasihnya.
Tidak apa-apa. Itu sangat membuatnya senang. Ia jadi terbayang bila ada di  posisi temannya itu. Ah sungguh menyenangkan.

Ia menghampiri teman yang lainnya. Memeluknya dari belakang. Menyapa dengan riang walaupun temannya yang satu itu selalu mengucapkan kata selamat tinggal untuknya. Ia sangat menyayangi temannya yang satu itu. Walaupun akhir-akhir ini ia merasa bahwa temannya yang itu menjauhinya. Bahkan ia sudah menegur apa yang telah membuat temannya itu melakukan hal seperti itu. Iapun mendapat jawaban yang cukup singkat dan jelas. Temannya tidak ingin merasa terlalu sedih saat harus benar-benar berpisah dengannya.  Temannya itu ingin membiasakan diri tanpa dirinya. Dan temannya itu berkata. Bahwa ia harus mencari teman lain yang lebih baik. Karna bagi temannya itu, ia terlalu baik dan tidak pantas memiliki teman seperti temannya itu. Tidak apa-apa.

Kemudian ia hendak akan turun menuju lantai bawah sebelum akhirnya ia bertemu seseorang yang menahannya. Oh, ternyata temannya yang lain. Iapun segera menariknya untuk berjalan bersama menusuri tangga. Temannya itu terlihat gelisah karna ia telah membuat temannya itu harus meninggalkan temannya yang lain dan ikut bersamanya. Ia tidak bermaksud jahat untuk membuat temannya ini meninggalkan temannya yan lain. Ia hanya ingin membiarkan temannya yang lain itu menyelesaikan waktunya untuk kekasihnya. Biarkan saja. Biarkan dia merasa bahagia dulu. karna mereka harus mengerti.. ada saatnya ketika seseorang yang mereka butuh untuk ada disampingnya tidak bisa menemaninya. 

***


Saat-saat terkahir di SMA. Saat-saat terakhir dimana ia dapat melihat dengan lengkap segala penghuni SMA itu. Memandangi sekitarnya membuat ia nostalgia. Nostalgia pada saat awal ia mendaftarkan diri ke sekolahnya ini.

Ia berjalan dengan sahabat terbaik yang ia temukan saat SMP. Mereka berdua membawa sebuah map dengan kelengkapan persyaratan untuk masuk sebuah sekolahan favorit di salah satu kota dengan harapan mereka akan dapat satu sekolah lagi. Harapan yang sangat tinggi. Harapan yang mungkin membutuhkan keajaiban untuk dapat mengkabulkannya. Hingga tiba suatu saat hanya dirinya yang diterima di sekolah itu. Hanya dia sendiri. Tanpa seorang sahabat yang hanya satu-satunya ia miliki. Sivia. Ia tidak bisa satu sekolah dengan Shilla karna beberapa sarat yang tidak dapat terpenuhi. Jelas, itu sangat membuat Shilla takut dan sangat sedih ketika tahu bahwa ia harus berpisah dengan Sivia.

Shilla terus melanjutkan kisah hidupnya di SMA yang menurutnya sangat monoton. Hingga ia menemukan seorang kekasih untuk mewarnai hidupnya. Seseorang yang sangat perhatian untuknya. Seseorang yang telah lama menanam cinta untuknya.ia dapat melihat ketulusan hati seorang Alvin. Shilla dapat merasa bahwa Alvin sangat bahgia dan bersyukur karna memilikinya. Tapi apa kalian tau? Sesungguhnya dalam hati Shilla, ia tidak memiliki rasa yang sama dengan Alvin. hatinya belum bisa ia buka untuk orang lain. Masih ada yang tertinggal di hatinya itu. Tapi Ia selalu berusaha untuk terus menanam bibit cinta untuk kekasihnya itu. Seorang cowok yang sudah susah payah mengubah kehidupannya menjadi lebih baik, dari seorang yang terkenal sangat bandel dan payah dalam segala hal menjadi seseorang yang sangat melindungi Shilla. Shilla sungguh takjub dengan perjuangannya itu. Tapi shilla pun tidak bisa memaksakan perasaannya. Dan banyak celotehan temannya yang belum percaya bahwa seorang Alvin telah berubah, banyak temannya yang tidak suka jika Shilla terus mempertahankan hubungannya dengan Alvin membuat Shilla tidak tahan. Dan akhirnya Shilla tanpa memikirkan dulu apa kehendaknya, ia langsung memutuskan hubungannya dengan Alvin tanpa alasan. Sungguh jahat.

Saat ini, Shilla mendapati sepasang kekasih yang terlihat sangat bahagia bercanda ria tidak jauh dari tempatnya. jelas, itu adalah Alvin dan pacar barunya. Ia benar-benar menyesal pernah menyiakan orang itu. Dan itu membuatnya tetap bertahan pada kisah cintanya yang baru.
Waktu yang ia habiskan di sekolah tanpa melakukan apapun terasa sangat menjenuhkan. Ia memutuskan untuk segera pulang kerumah. Meninggalkan sebuah bangunan yang menyimpan banyak kisah perjalanan hidupnya menuju dewasa, sebuah bangunan yang..ah akan membuat banyak halaman untuk diceritakan.

***

Sesampainya dirumah ia langsung melakukan kebiasaan rutinnya untuk mengecek handphone. Ada sesuatu yang sangat berharga dalam ponselnya. Sesuatu yang sangat ia butuhkan. Ia tidak akan bosan menanti sebuah pesan menjumpai ponselnya. Tapi kali ini ia sangat merasa bosan. Sangat amat bosan karna tidak ada hal yang harus ia kerjakan. Sesuatu yang ia butuhkan itu juga sedang tidak hadir. Entahlah sudah keberapa ribu kali ia menghembuskan nafas berat. Ia sangat merindukan sosok yang jauh disana. Tidak, sebenarnya tidak jauh. Hanya waktu yang amat terbatas yang membuat itu semua terasa jauh. Cakka, ah nama itu benar-benar membuat Shilla tidak tenang. Kadang Shilla berfikir... apa Cakka pernah memikirkan apa yang membuatnya bahagia? Bukankah setiap sepasang kekasih akan saling berusaha membahagiakan satu sama lain? Atau Shilla cukup baik untuk berakting bahwa ia sangat bahagia?..............

Shilla benar-benar membutuhkan waktu untuk bersama Cakka. Ingin rasanya ia menemui orang itu. Tapi itu juga salah satu dari sebuah keajaiban yang bisa mengabulkannya. Untuk sekedar menemani Shilla melalui message saja ia tidak sempat. Apalagi untuk bertemu dengannya? Lelah. Rasanya benar-benar lelah. Dan kali ini ia sangat merasa sendirian.


************************************************************************

Shilla terdiam. Iapun menutup matanya. Membayangkan hal yang ia inginkan di masa depan. Dan lagi-lagi mungkin membutuhkan keajaiban untuk mewujudkannya.






the end.

0 komentar:

Posting Komentar