Meringkuk ku pada tepian kasur,
lagi-lagi tubuhku bergetar hebat, ku tarik nafas dalam-dalam. Mencoba menenangkan
diri. Ku tatap layar handphone. Tanda pesan telah terbaca terasa menyiksaku. Ingin
ku merengek pada si pembaca pesan itu untuk menemani ku sebentar lagi. Tidak,
tidak sebentar, tapi semalaman. Tapi apa kuasa ku?
Dia masih sama, si penghindar
masalah dengan tidur. Dia tak banyak menanggapi, seolah merasa cukup diam dan
aku akan memahaminya. Memang benar begitu, aku paham dia. Walau dia akan
menyangkal bahwa aku tidak tahu apa-apa tentang dia, tapi aku akan tetap
menegaskan, bahwa aku orang yang paling mengerti dia.
Rasa rindu yang menggerogoti
relung hatiku kian menggaduh. Lelah sungguh rasanya memendam segala hal yang
biasanya akan aku curahkan dengan mudah. Kemudian aku teringat dia, kenapa dia
menyukai hal seperti ini?
***
Baru saja ingin ku matikan
handphone ku. Tiba-tiba sebuah pesan datang.
“shill?”
Aku tersenyum asam karna bukan
pesan dari orang yang ku harapkan yang mengirim pesan itu. Tapi ah, benar. Tepat
sekali aku sedang butuh dia.
“haaaiiiiii, Rio” balasku.
“abis di chat Cakka lu yak?” tanyanya.
“iya. Tp ini menyedihkan”
balasku.
“ah dasar cilok. Bikin sedih mulu.
Eh kurang lu kan sukanya cilok dikecapin yak?” canda Rio.
“wkwkwkwk bodo aaaah Rio, gue mau
kirim screenshoot penjelasan dia kenapa mutusin gue nih”
“deh dasar mantan lu cemen yak,
diajak ketemuan gamau. Trus jelasin baru sekarang. Pasti dia baru nemu tuh
alesan yang bagus Shill” ujar Rio yang memang selalu saja mengejek Cakka.
“ya seperti itu memang dia. Mau ga
liattttt?” tanyaku.
“yaudah sini” Ujarnya.
Aku mengirimkan screenshoot
penjelasan Cakka memutuskan hubungan denganku kepada Rio.
Tidak butuh waktu lama, Rio
segera membalasnya.
“dia sayang banget sama lu Shill”
ujar Rio. Ini sekian kalinya ia menanggapi tiap pesan yang dikirimkan Cakka
untukku.
“i know”
“terus kenapa menyedihkan?”
“karenaaa...... gue ga terima. Wkwk.
Gue tuh ga akan pernah terima 2 hal yang sering jadi pemikiran cowok”
“apatuh?”
“ini ’1. Gue harus lepasin
dia, pasti ada orang lain yang bisa
bikin dia lebih bahagia’. Gue gaterima itu karna kenapa dia ga mikir, gue harus
bisa bahagiain dia gimanapun caranya” jelasku.
“yg kedua?” balas Rio.
“gini ‘gue sukses dulu, baru deh
deketin dia’. Gue gaterima karna kenapa dia ga mikir, pertahanin selagi bisa. Jagain
selagi bisa. Lu gatau 1 detik kemudian pun bisa bikin hati orang berpaling. Apalagi
nanti pas udah punya segalanya. Tinggal tunjuk dah tuh lu mau cewe kayak gimana”
ungkapku.
“wkwk ngerti bgt lu ya Shill. Emang
sih........ tp gue pertahanin loh. Malah ditinggalin. Kadang cewe kan pasti jg
suka mikir yang lu pikirin tentang cowo itu tuh juga kan pasti” ungkap Rio. Ya,
Rio memiliki nasib yang sama denganku. –baru saja beberapa bulan diputusin-
“kaga gue mah. Gaada ah cewe
begitu. Itu real kebulshittan cowok” sanggahku meyakinkan.
“dih? Buktinya? Gue yg
ditinggalin coy. Lu lupa kalo gue cowok kali yak” sanggah Rio.
“wkwk iya mungkin ga semua ya
Rio. Tp kebanyakan kayak gitu tau” ujarku masih tak mau kalah.
“coba lu bilang gitu sama Cakka”
suruhnya.
“udah secara ga langsung. Dan seperti
biasa. Dia ga menanggapi”
“susah sih model cowok kayak
Cakka. Tapi sumpah Shill, dia sayang banget sama lu. Dia mempertahankan image
dia kalo dia mutusin lu buat hal yang baik” ungkap Rio membuat penjelasan.
“iya Rioooo. Gue paham”
“terus kenapa lu masih ga terima”
“karena dia ninggalin gueeeeee”
“dia bakal dateng lagi Shilla
buat lu. Mau taruhan?”
“gayakin. Dia ga meyakinkan gue.”
Ungkapku yang masih tidak terima.
“ya, kan tuh cilok dikecapin
sifatnya begitu. Suka telepati sama lu. Gue jamin lu juga punya pikiran yg sama
kayak gue”
“ah. Sudahlah”
“Shilla sudah lelah”
“tepat sekali Rio. Tadi lu kenapa
ngechat gue?” tanyaku mengalihkan pembicaraan yang sudah cukup membuatku mual
untuk membahasnya.
“gapapa. Gue kesepian” ujarnya.
“wkwk sian amat tayaangkuuuu”
“hiks. Lu ga tidur?”
“ini mau bobo. Ada yang mau lu
ceritain ga ke gue?”
“gaada Shill, bobo aja udah
malem. Udah puas kan lu ngedumel?”
“wkwk iyaaa puas banget”
“oyasumi Shilla-chan. {}”
“oyasumi Rio-kun {}”
Kami mengakhiri percakapan. Ya,
dia Rio. Sahabat terbaru ku yang benar-benar sudah menemani masa menyedihkan.
Tuhan benar-benar menyayangiku karena telah mnegirimkan Rio di waktu yang
sangat tepat. Tanpa Rio, mungkin aku tidak terselamatkan dari tenggelamnya pada
kelamnya sebuah kisah.
Kemudian aku memejamkan mata,
merasa sedikit lega. Seperti biasa, aku akan berdoa sebelum tidur dan
menyelipkan beberapa kalimat.
‘aku berharap, Cakka ditakdirkan hanya untukku. Dan semoga
Rio bisa menjadi sahabat sejati yang tidak akan meninggalkanku’
kemudian ada rasa panas di pelupuk mataku, aku merasa dan sangat tahu bahwa apa yang aku harapkan tidak ada kemungkinan 100% terwujud. namun kali ini bagiku, hal itu sudah sangat biasa untuk ku hadapi. Memang mungkin hanya aku yang tidak kapok dengan sebuah harapan. walau sudah digantungkan setinggi langit dan kemudian terlepas dan jatuh berkeping-keping. Aku adalah orang yang senang untuk kembali lagi ke langit menggantungkan harapan baru dengan mengabaikan tiap sakitnya terjatuh yang pernah aku alami.
Lalu....
aku tersenyum geli dan bergumam pelan mengatakan ‘bodoh’. Tapi kuabaikan, karena ini harus jadi hari yang menyenangkan, entah mengapa.
TAMAT