search judul postingan

-FREAK MOMENT PART II-

breeeh, ada kelanjutan dari cerpen terakhir yang aku buat nih.
ceritanya masih nyambung sama yang part I nya kok. 
baca nya dihayatin ya biar ngerti. wkwkwk
langsung aja deh.
 -FREAK MOMENT PART II-

Senin pagi di sebuah SMA telah terisi murid kelas X. Hanya kelas X. Lebih tepatnya murid kelas X yang ingin masuk jurusan IPA dikelas XI nantinya.
Shilla melangkah gontai menaiki setiap anak tangga menuju lantai 3 tempat kelasnya berada.
ketidaktenangan benar-benar membuatnya terganggu. Hari ini adalah hari yang ditetapkan sekolahnya untuk tes kejuruan masuk IPA. Shilla belum siap ,bahkan ia belum belajar. Dikepalanya sudah terbayang soal-soal fisika kimia biologi dan mtk yang membuatnya merasa dendam dengan semua penemu pelajaran itu.
Sesampainya di kelas. Ia langsung terduduk. Teman-temannya juga sudah banyak yang terpaku oleh bukubuku dihadapannya. Shilla bosan dan tidak ada niat sedikipun untuk belajar.
“SHIIILLAAAA!!!” teriak  seseorang yang baru saja masuk kedalam kelas. Siapa lagi kalo bukan Sivia.
Shilla hanya tersenyum membalas sapaan Sivia.
“semangat dong Shill... “ ujar Sivia yang sudah duduk manis disamping Shilla.
“semangat gimana sih vi... gue belum belajar sama sekali ini. pasrah ajadah kalo emang gue ditakdirkan masuk IPS” ujar Shilla dan merebahkan kepalanya diatas lipatan kedua tangannya.
“jangan give up dulu lah. Kita pasti masuk IPA!!!” optimis Sivia.
Akhirnya Shilla pun membuka bukunya. Mengingat-ingat sedikit materi yang pernah ia pelajari.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Suara teriakan seseorang membuyarkan segala aktivitas di kelas. Suara itu terdengar dari lantai 1. Kemudian disusul dengan suara riuh lainnya. Semuapun berlari ke sumber keramaian.
“apaantuh?” tanya Shilla berharap ada yang akan menjawabnya.
“ada pengumuman murid lolos ipa tanpa tes Shill” jawab seseorang.
“SERIIUUUUS?” tanpa menunggu orang itu menjawab, Shilla sudah lari untuk mencari tau sendiri.
Setelah bersusah payah menerobos kerumunan orang menuju papan pengumuman, Shilla tercengang melihat tulisan besar di paling atas sebuah kertas “MURID YANG MASUK JURUSAN IPA TANPA TES”. Kemudian Shilla menggerakkan bola matanya menelusuri nama-nama murid yang tercantum. Berharap ada nama dia di salah satu kolom data itu.
“A-Shil-la Zah-ran-ti-a-ra....” gumam Shilla mengeja sebuah nama diurutan ke 53.
“eh ini nama gue kan?? As-shil-la” ulang Shilla memastikan.
“AAAAAAAA AALHAMDULILLAH ya Allaaaaahh” teriak Sivia yang tibatiba saja ada disamping Shilla.
“Shillaa.... kita masuk ipa tanpa teeees!!!!! Yuhuuuuu” ujar Sivia dan langsung memeluk Shilla.
“e..mang..gue..ju..ga..vi..?” tanya Shilla terbata-taba.
“iyaaa shill!!! Tadi lu baca sendirikan ada nama lo”
“emang nama gue siapa?”
“ASHILLAMBINGSSSSS” jawab Sivia sebal.
“heeeehh... emang iya? Tadi ga ada nama itu”
“ooh.. jadi Ashilla Zahrantiara kena amnesia?? Perlu dijedotin nih” ujar Sivia dan menarik Shilla keluar kerumunan orang.
“eh eh.. engga kok. Wkwkwk kita masuk ipa vi???? Tanpa tes??”
“iya!”
“yang bener?”
“bener!”
“demi apa?”
“Shilla, cukup ! oke?? Lo jangan merusak rasa bahagia gue hari ini deh”
“HUAAAAAA... VIAAAA KITA MASUK IPA!!!! YEAY” ucap Shilla dan langsung memeluk Sivia.
Ternyata usaha Shilla selama kelas 10  untuk mendapat nilai bagus di rapot dan masuk ipa tanpa tes tidak sia-sia. Ini bener-bener suatu kebahagiaan yang gapernah terduga. Shilla langsung buruburu mengabari ayah, ibu, dan satu orang lagi atas keahagiaannya ini.
‘SELAMAT YA SHILLA:p’ pipi Shilla terasa memaksanya untuk tersenyum saat membaca sebuah pesan singkat yang baru saja ia terima.  Pesan dari seseorang yang entah mengapa jadi begitu penting untuk hidupnya. Seseorang yang hanya bisa ia sebut sebagai ‘teman dekat’

***
Liburan kenaikan kelas telah berlalu dengan cepat. Hari baru pun tiba membawa langkah menuju keadaan yang baru. Butuh waktu 1 bulan untuk beradaptasi dengan semua hal baru ini. perlahan tapi pasti.
Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Banyak murid yang berlalu lalang melewati koridor. Namun disisi lain terlihat 2 gadis yang masih betah menghuni sekolahnya itu. Yang satu  sedang memegang sebuah buku. Dan yang satu sedang sibuk dengan ponselnya. Ya, mereka adalah Shilla dan Sivia.

“aku tidak akan membiarkan diri ku jatuh cinta pada seseorang yang tidak bisa kumiliki”
Kalimat pertama dari sinopsis sebuah novel benar-benar memikat perhatian Shilla untuk terus membaca novel itu..
“kau adalah musuh bagi hatiku. Yang membuat aku waspada dan buru-buru membentengi diri agar tidak terpikat pada pesonamu.”
Shilla membaca kalimat selanjutnya sambil mengkerutkan alisnya. Memahami setiap kalimat. Belum sempat Shilla melanjutkan bacaannya, tangannya sudah ditarik-tarik Sivia.
“aduh vi.. ngapain sih” ujar Shilla merasa heran pada sahabatnya itu. Perasaan tadi Sivia masih duduk anteng di samping Shilla, sekarang jadi brutal seperti ini.
“udah ayo kita pergi dari sini. Pengen cepet-cepet pulang nih gue” ujar Sivia sambil terus melangkah cepat menuju parkiran tempat motornya berada. Hingga rasanya dalam sekejap Shilla dan Sivia sudah berada di atas motor milik Sivia.
“emang mau ngapain sih vi?” tanya heran pada Sivia yang terlalu terburu-buru. Bukannya menjawab, Sivia malah mengendarai motornya ke arah jalan yang bukan menuju rumahnya.
“vi?? Mau kemana kita? Kok lewat sini??” tanya Shilla semakin curiga. Sivia tetap diam.
“viaaaaaaaaa.... lo mau nyulik gue ya? Ini sivia bukan sih?? Jangan – jangan ini penculik bertopeng mukanya Sivia lagih”  ujar Shilla sambil memukul-mukul punggung orang dihadapannya itu.
“Shill.. gausah drama deh, bisa jatoh nih kalo lo banyak gerak” akhirnya Sivia bersuara.
“ini Sivia Azizah kan?”
“iyeee.. turun Shill, udah sampe kita”
“loh ? kok kita kesini vi?” lagilagi Shilla dibuat heran oleh Sivia
“GUE LAPER SHILLAAAAA. UDAH CEPETAN TURUN DARIPADA LO YANG GUE MAKAN”
“iya vi iya” sahut Shilla dan buruburu turun dari motornya Sivia.
Usai Sivia memarkir motornya di sebuah rumah makan. Akhirnya mereka pun berjalan menuju sebuah meja dan 4 bangku kosong yang terletak disudut ruangan. Setelah duduk, langsung saja Sivia dan Shilla memesan makanan dan tidak butuh waktu lama untuk menunggu makanan sampai di meja mereka.
“lo tuh ya vi, aneh bgt tau gak, bikin panik orang. Gajelas bgt”umpat Shilla merasa kesal sendiri dengan sikap Sivia.
“maap Shill, bawaan perut. Heheh”  ujar Sivia yang sudah dengan lahap menyuap makanan.
Drrrttt.. drrrt..
Handphone Shilla bergetar, segera dilihat layar handphone nya sudah diduga pasti pesan dari ‘Cakka’.
“Shillaaaa :p” secara refleks Shilla tersenyum membaca pesan yang entah apa pentingnya. Shilla tidak langsung membalas, ia ingin makan dulu.
“ciyee.. dari anak paskib yang ketemu di Xpass ya? Haha” ledek Sivia.
“iyeee” sahut Shilla tanpa sadar masih tersenyum.
“kok bahagia banget gitu Shill? Suka ya?? Ciye ciyee”
“apaansih vi” ujar Shilla, wajahnya sudah terasa panas.
“bisa kali buruan jadian, trus kasih gue pj”
“yeeh. Gausah ngarang cerita deh vi” sanggah Shilla, Sivia mulai ngaco-lagi-
“siapa yang ngarang, lo suka kan sama Cakka?? Udah ngaku aja”
“ah engga”
“jangan bohong”
“ih viaa jangan gitu dong, kalo gue suka beneran gimana ?!! kan belum tentu dia suka gue”
“dia suka lo kok. Udah kalo lo suka akuin aja napah”
“enggaaaaaaaa viaaaaa”
Sivia pun terus mendesak Shilla untuk mengakui perasaannya, sedangkan Shilla selalu mengingkari.
***
“Tapi kau terus memaksa masuk. Kau sukses menyelusup ke ruang hatiku.”
hari mulai malam, Shilla telah selesai mengerjakan tugas sekolahnya. hari ini benar-benar melelahkan. Menemani Sivia pergi makan lalu berkeliling ke sebuah mall dengan menggemblok tas sekolah  hingga larut sore membuat punggung Shilla terasa pegal. Shilla pun merebahkan tubuhnya diatas kasur dan memejamkan matanya. Saat matanya terpejam, tiba-tiba saja terlintas siluet tubuh tegap seorang cowok dengan senyuman diwajahnya yang sudah cukup lama menemani hari-harinya. Siapa lagi kalo bukan Cakka.
Shilla langsung membuka matanya, “loh kenapa nih gue? Kok kebayang Cakka ya? Kocak banget. haha” gumam Shilla dengan herannya.
“oiya, td belum bales sms Cakka” ujar Shilla lagi dan mengambil handphone yang terletak disamping tempat tidurnya.
Baru saja Shilla membuka kunci di layar handphone nya sebuah pesan telah muncul.
“konbanwa :p”  satu buah pesan dari Cakka lagi. Ah panjang umur dia. Shilla langsung membalasnya.
“konbanwa Cakka”
“lagi apa? :p”  tanya Cakka, pertanyaan itu. OMG, cewek mana coba yang gak tersipu saat cowok mulai bertanya hal seperti itu.
“lagi tiduran... hari ini capek banget kka” send. Entah kenapa Shilla menambakan keterangan pesannya dengan kata ‘capek’. Apa dia mulai mencari perhatian?
“capek kenapa?” balas Cakka. Shilla tersenyum.
“habis nganterin temen pergi pas pulang sekolah tadi :(”
“yaudah kalo capek, tidur aja Shill. istirahat daripada nanti sakit :)” tuhkan Shilla berhasil dapet perhatian dari Cakka. Tunggu dulu, itu bukan emot melet tapi senyum, sekian lama akhirnya Cakka mengubah emotnya.  Hanya karna sebuah emot kenapa Shilla jadi blushing seperti ini?
“belum ngantuk kka” balas Shilla lebiih tepatnya sih Shilla masih ingin punya waktu yang lebih lama buat berduaan dengan Cakka.
“oalah. Eh, Shilla punya anime apa aja?”
“baru dikit. Rencananya sih besok mau kerumah Sivia. Dia punya banyak anime”
“ohgitu. Yaudah gue anterin ya kerumah Sivia”
Cakka akan mengantarnya?? Ohtidak. Kali ini jantung Shilla berdegup gak karuan.
“hah? Engga usah kka, ngerepotin” balas Shilla dengan harapan Cakka akan memaksanya.
“gapapa kok Shill, gue kangen Shillaaaaa :p”
Sekarang Cakka benar-benar membuat nafas Shilla tercekat. Apa apaan ini. lebay. Tapi memang begini yang sedang Shilla rasakan. Kenapa Shilla setiap menerima pesan dari Cakka menjadi bersikap tidak wajar seperti ini?? apa ini tanda kalo dia menyukai Cakka? Tidak mungkin. Pasti Shilla hanya kaget.
Akhirnya Shilla fix akan diantar Cakka esok hari. Kini mereka berhenti berkirim pesan. Cakka sudah tidur, sedangkan Shilla....
‘Cakka.. pliss jangan numbuhin harapan yang gak pasti’ batin Shilla mencoba mengusir jauh-jauh segala dugaannya kemudian tertidur.
***
“Aku memang bertekad menjauhimu, tapi ternyata jantungku tidak cukup kuat untuk membendung setiap debaran yang tercipta karna dirimu”
Sabtu. Hari yang ditunggu-tunggu Shilla pun  tiba. Hari ini Shilla dan Cakka akan bertemu setelah sekian lama tidak memiliki waktu buat bertemu.
Shilla bangun pagi pagi sekali dan segera mandi. Sangat pagi. Bukan untuk berdandan secantik mungkin. Tapi .... entahlah ia ingin cepat bangun di hari itu.
Pukul 7..
Pukul 8..
Pukul 9..
3 jam terasa seperti hanya 3 menit. Ini jam Shilla akan dijemput Cakka. Shilla terburu-buru mengganti pakaiannya dengan sebuah kaos berwarna orange dan jeans. Menyisir setiap helai rambutnya yang ia biarkan terurai. Kemudian menggelangkan sebuah kunciran rambut. Mengambil tas selempang kecil. Dan sekali lagi ia lihat bayangan dirinya di cermin. Kemudian  tersenyum
Diluar rumah Shilla sudah ada Cakka diatas motornya. Lagilagi pipi Shilla terasa geli hingga memaksanya untuk tersenyum.
“hai” sapa Shilla setelah berada di dekat Cakka. Cakka segera menoleh dan tersenyum kepada Shilla.
“eh Shilla. Ayoo” ajak Cakka.
Langsung saja Shilla dan Cakka menuju ke rumah Sivia. Sepanjang jalan, banyak hal yang dibahas Cakka. Shilla hanya sedikit menyimak apa yang Cakka utarakan. Shilla lebih menikmati rasa nyaman didekat Cakka setelah sekian lama.
Kini Shilla dan Cakka telah sampai dirumah Sivia.
“Siviaaaa” panggil Shilla. Tidak butuh waktu lama Sivia sudah membuka pintu rumahnya, dan terlihat sedikit rasa heran saat melihat Shilla kerumahnya dengan Cakka.
“ciyee.. kalian pacaran?” ujar Sivia.
“engga” jawab Shilla dan Cakka berbarengan.
“yaudah ayo masuk” ajak Sivia tanpa basabasi lebih lama.
Didalam rumah Sivia, Shilla duduk bersebelahan dengan Cakka.
Kitapun menjalankan tujuan kita untuk bertukar film anime. Cakka sudah membuka laptopnya dan memutar sebuah film. Shilla tidak tau film apa itu, iapun hanya ikut menonton disamping Cakka. Sedangkan Sivia masih berkutat dengan laptopnya.
“viaa.. anterin mama sebentar dong” teriak suara dari lantai bawah rumah Sivia.
“oh iya maa tunggu” sahut Sivia dan segera turun menghampiri ibunya.
“Shill, Kka.. gue nganterin nyokap dulu yaa” teriak Sivia berpamitan.
“iya viii” sahut Shilla.
Kini dirumah itu hanya ada Shilla dan Cakka. Hanya berdua. Di satu ruangan. Dan duduk bersebelahan. Sedikit terasa hawa kecanggungan dari keduanya. Apalagi Shilla...
‘heh, kenapa gatenang gini sih gue’ batin Shilla sambil melirik Cakka yang masih konsen menonton film. Shilla menghembuskan nafas berat. ‘fuuhh.. oke, Shilla... biasa aja’ gumamnya
Shilla pun ikut menonton film. Suasana masih hening. Shilla menyenderkan punggungnya ke tembok dibelakangnya dan mulai menyimak film. Tapi baru sekitar 3 menit Shilla mulai memahami film tibatiba saja konsentrasinya buyar. Tangannya...
“Cakka..” ujar Shilla spontan setelah menyadari Cakka menggenggam tangannya.
Cakka hanya tersenyum dan bergumam “Shilla cantik”
Cakka kembali bertingkah yang membuat Shilla salah tingkah. Rasanya jantung Shilla mau loncat dari tempatnya saat melihat Cakka yang sebegitu dekat dengannya menatap dengan tatapan yang sulit dipahami Shilla.
‘Cakka apa apaan sih’ batin Shilla dan mencoba melepaskan tangannya. Tapi Cakka malah menggenggamnya semakin erat dan mengalihkan pandangannya ke laptopnya.
Sekarang Shilla bingung harus bagaimana, ada rasa senang tapi juga takut.
Sekarang Cakka menyenderkan punggungnya ditembok. Lagi-lagi Cakka memandang Shilla, kemudian menarik tubuhnya agar kepala Shilla bersender dibahunya. Shilla seperti terhipnotis oleh Cakka. Ia merasa sangat nyaman dengan posisi seperti itu.
Hening. Mereka terpusat pada pikiran masing-masing. Entah apa yang ada dipikiran mereka. Shilla benar-benar tidak mengerti dengan sikap Cakka yang terlalu tiba-tiba seperti ini. dan bodohnya, kenapa ia membiarkannya??
“Cakka sayang Shilla” ujar Cakka memecahkan keheningan. Selalu saja Cakka mengucapkan kalimat singkat yang membuat degup jantung Shilla semakin tidak beraturan.
‘aduh Shilla.. lo gaboleh diem aja’ ucap Shilla mengsugesti dirinya. Shilla melepaskan genggaman tangan Cakka dan tidak lagi bersender  pada bahu Cakka. Ia menatap Cakka dalam-dalam.
 “Cakka jangan gini dong, ntar gue ngantuk” ucap Shilla tiba-tiba mengganti semua protesan -‘gue ini bukan siapa-siapa lo, dan sikap lo ini gak wajar’- untuk Cakka.
“gapapaa kalo mau bobo dibahu Cakka” jawab Cakka seadanya.
“gapapa gimana. Bandel banget sih Cakka” umpat Shilla sudah badmood total.
“wooooy.. maap ya lamaa...” teriak Sivia yang baru saja kembali.
Akhirnyaa Shilla bisa menghembuskan nafas lega lagi. Sivia memang tepat waktu.
“taunih parah lu mah vi, ninggalin gue sama Shilla lama-lama” ucap Cakka.
“sory dehh.. nih gue bawain ketoprak” ujar Sivia sambil menyiapkan makanan khas Jawa tengah itu ke piring-piring.
“yeeay, daritadi kek vi” seru Shilla. Shilla memang sangat suka makan ketoprak.
Sivia. Cakka dan Shilla kini memakan ketopraknya.  Diam diam Shilla mengamati Cakka yang sedang makan dengan lahap sampai sampai ia baru makan 3 suap sedangkan Cakka sudah habis.
‘aih, cakka yang kecepetan makan apa gue yg kelamaan ya’ batin Shilla.
“Shill, dimakan itu” ujar Sivia.
“eh.. iya ini lagi dimakan” sahut Shilla
“hmm” Cakka langsung mengambil alih makanan Shilla.. “nih aaa” ucapnya dengan siap siap menyuapi Shilla. Shilla langsung tersenyum dan membuka mulutnya. “hap”
Shillapun disuapin Cakka hingga suapan terakhir. Cakka tersenyum hingga kedua matanya menyipit. Shilla juga membalas senyuman Cakka semanis mungkin. Shilla sudah tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak terpikat oleh Cakka. Seumur-umur baru kali ini Shilla disuapin cowok tanpa dianggap seperti anak kecil. Cakka memang beda dari yang lain.
Tanpa diduga, Cakka mengusap kepala Shilla. Dan kembali membuat wajah Shilla panas.
“eheemm” deham Sivia yang merasa dirinya hanya sebagai obat nyamuk diantara Shilla dan Cakka. Shilla dan Cakkapun langsung bersikap seperti biasa lagi. Mereka bertiga kini melanjutkan mengobrol seputar film sembari saling mengcopy paste film film anime.
Setelah Cakka, Shilla, dan Sivia selesai bertukar film anime. Cakshill memutuskan untuk pulang karna hari juga sudah mulai sore.
>>>> 
“aku tau akan menyesali semuanya. tapi tidak ada yang bisa kulakukan. Aku terlanjur menerjunkan diri ke dalam api cintamu. Terbakar bersama cinta yang kelak akan membumihanguskan kebahagiaan ku.”
Beberapa jam lagi hari akan berganti. Rasanya Shilla belum rela untuk mengakhiri hari ini. Hari ini Shilla benar-benar merasa puas bisa bertemu dengan Cakka. Ia merasa senang jika berada di dekat Cakka. Sampai-sampai dia berharap dapat selalu di samping Cakka. Ah, impossible.
Shilla berjalan menuju meja belajarnya, terdapat  4 foto dirinya dalam satu bingkai. Ia geser bingkai fotonya. Ada sebuah nama yang sengaja ia tutup dengan bingkai foto itu. ALVIN. Shilla hanya menatap kosong nama yang  dulunya selalu bisa membuatnya tersenyum jika sedang penat mengerjakan PR.
Drrtt. Ponsel Shilla bergetar. Shilla langsung tersenyum melihat nama seseorang dilayar ponselnya. Dan Shilla kembali melihat nama Alvin di meja belajarnya, mengambil sebuah spidol merah dan mencoretnya. Lalu ia ambil spidol berwarna orange dan menulis nama Cakka dibawah coretan nama Alvin. sekarang terlihat lebih baik. Shilla pun tersenyum dan kembali menutup tempat yang terdapat nama Cakka itu dengan bingkai fotonya. Kemudian Shilla menghempaskan tubuhnya ke kasur dan buru-buru membuka pesan dari Cakka...
“makasih ya buat hari ini :p”
Huaaah.. hari ini berapa kali Cakka membuatnya tersenyum.
“iya sama-sama :)”  balas Shilla dan mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap.
“Cakka sayang Shilla !! :p”
Ohtidak.. jantungnya kambuh. Shilla langsung memeluk gulingnya erat-erat. Shilla harus bisa mengendalikan dirinya. Ini keterlaluan. Cakka seenaknya memainkan perasaannya seperti ini.
“b-o-h-o-n-g :p” balas Shilla. Shilla ga akan mungkin mudah percaya dengan Cakka. Sekarang kan lagi musimnya php.
“gak bohong sayaaaang :p”
‘AMIIIN deh kalo emang Cakka beneran sayang’ harap Shilla.  Sepertinya Shilla mulai membiarkan hatinya terebut oleh Cakka. Ia tidak masalahkan jika dirinya mulai menumbuhkan benih perasaan yang datang tanpa bisa dicegah. Rasanya sangat sulit untuk menahan diri agar tidak menyayangi sesosok cowok  yang menurutnya aneh itu.
“apaansih sayang sayang.. gak percaya pokoknya :p” balas Shilla.
“yaudah kalo gak percaya. Lagi apaaa?? Udah makan belum? :p”  satu pesan dari Cakka dengan sedikit kalimat perhatian.
“lagi tiduraaaan. Udah dong :p” Shilla langsung membalas dengan senyum ragu.
Ragu?? Ya. Ada sesuatu yang membuatnya takut dengan sikap Cakka yang seperti ini.
“kalo gitu sekarang bobo yuk. Udah malem” 
“ayoo.. oyasuminasai Cakka”
“oyasuminasai Shilla :)” Shilla lihat balasan terakhir pesan Cakka untuk hari ini tanpa membalasnya. Ia taruh handphonenya di samping bantalnya. kemudian mematikan lampu kamarnya. Bintang-bintang dan bulan di dinding kamarnya  bersinar terang. Shilla sama sekali belum ngantuk. Pikirannya melayang akan sikap Cakka yang –sesukanya bertingkah- kepadanya. Shilla akui, ia memang mulai menyukai perhatian dari Cakka, ia merasa nyaman didekat Cakka, Ia bahagia setiap kali berbicara dengan Cakka. Semua itu terjadi tanpa sebuah alasan, tapi merupakan sebuah perasaan Shilla yang sesungguhnya.
“aiihh.. Cakka bener-bener bikin kepikiran deh” oceh Shilla mulai galau. Ia masih belum terima bisa semudah ini terpikat oleh Cakka. Seseorang yang belum memiliki kepastian apa tujuan dari sikap anehnya. Seseorang yang belum bisa dipastikan akan membuatnya bahagia atau justru menghancurkannya.
“udahlah. Kalo terus dipikirin bisa gila lama-lama” ucap Shilla lagi, dan akhirnya memutuskan untuk tidur.
***
Setelah hari itu, Shilla dan Cakka semakin sering menghabiskan waktu berdua. Tentunya dengan perantara handphone. Cakka juga tidak ada hentinya mencoba menarik hati Shilla. Ia tidak sungkan berkali-kali mengucapkan kata sayang dan berbagai macam bentuk perhatian untuk Shilla.
“ohayou Shillaaaaaaaaa :p” ucapan selamat pagi berbahasa Jepang dari Cakka membuka hari Shilla.
“ohayou gozaimasu” balas Shilla yang baru saja terbangun karna getaran ponselnya.
“lagi apa? Udah mandi belum?  :p”
“lagi duduk. Belummm.. baru aja bangun. Hehe”
“ih jorookk”
“biarin aja :p”
“iya deh gapapa. Yang penting Cakka sayang Shilla”
“udah 27 kali aja bilang sayang” balas Shilla yang memang  menghitung berapa banyak Cakka mengutarakan hal itu.
“ngapain diitungin sih Shill”
“biar tau berapa kali Cakka bohongin Shilla :p”
“dibilang gak bohong juga”
“yang bener?”
“beneraaann”
“awas ya kalo bohong. Soalnya... Shilla juga sayang Cakka :’)“ balas Shilla pada akhirnya.
Shilla merasa sudah tidak ada gunanya lagi untuk mengingkari perasaannya. Rasanya sudah sedikit lega dapat mengungkapkan perasaannya. Shilla telah benar-benar menyayangi Cakka, bahkan sangat menyayanginya. Sampai ia tidak memperdulikan apa statusnya bagi Cakka. Tidak peduli apapun kata orang. Tidak peduli jika Cakka hanya mempermainkan perasaannya. Yang jelas ia sedang jatuh cinta.
***

“aku nekad, mengambil resiko terluka lagi..dan kali ini karnamu”
 ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Yattaaa!!! Selesai juga kan cerpennya.
Maaf kalo kurang bagus dan mungkin jalan ceritanya aneh + sulit dipahamin. Soalnya ini terlalu ke pengalaman pribadi sih. Hehe.
Tungguin part III nya ya!!!
Semoga di part III ceritanya udah mulai jelas gimana akhirnya hubungan CakShill.
Matta ne :)