hyaho para secret reader. lagi jenuh ditengah-tengah belajar buat H-7 UN nih. Mau mulai menulis cerpen ala ala fanfiction anime para sesepuh yang udah dilengkapi embel-embel istilah apalah nanti kalian temukan disini. kalo gangerti bisa searching atau nanya yang sering baca fanfiction. hehe.
sebenernya mau join ke kayak forum fanfiction tapi belum punya banyak waktu buat rutin ngecerpen, dan juga masih sayang sama blog ini jadi.... posting disini aja.
so, happy reading minna!
###################################################################################
OYASUMI
disclaimer : Fujiwara Hiro
genre : slice of life
rating : T
pair : Misaki x Usui + Shintani
'OOC & AU of Kaichou wa maid sama'
“oyasumi”
Dapp....
Lagi-lagi hatinya terasa
tersengat. Ada perasaan menikam yang tidak bisa untuk disebut rasa sakit
apalagi rasa bahagia. perasaan yang entahlah sulit dijelaskan dan amat
mengganggu.
Oyasumi? 1 kata itu bermakna
selamat tidur. Hampir setiap hari 1 kata itu ia dapati dari seseorang yang
entah dimana harus menyisipkan alasan bahwa orang itu istimewa untuknya. Namun,
1 kata itu seolah membuat refleks otak untuk mengomandokan kesedihan. Ya,
sedih. Entahlah.
Seorang perempuan dengan piyama
jingga menghempaskan tubuhnya pada sebuah kasur bermotif bunga matahari, Setelah
ia mematikan lampu kamarnya dan mengganti pada sebuah lampu yang cahayanya
tidak memenuhi satu ruangan. Dengan begini ia dapat melihat redup-redup cahaya
hiasan bintang glow in the dark pada langit-langit kamarnya.
Tapp...
Tiba-tiba saja salah satu bintang
itu jatuh tepat diatas keningnya. Ia ambil dan langsung ia taro pada sebuah
kotak kecil. Pada kotak itu sudah banyak kumpulan bintang-bintang yang terjatuh
dari dinding kamarnya. rencanyanya jika ada waktu untuk bertemu, ia akan
memberi semua bintang itu pada orang yang ia juluki alien. Ya, selama alien di
bumi pasti dia sangat merindukan bintang-bintang dilangit yang ada di tempat
tinggalnya. Haha. pikiran yang konyol.
Usui Takumi. Cowok yang kerap
kali menyapa perempuan bernama Misaki Ayuzawa ini dengan sebutan princess. Cowok aneh, tidak jelas, bahkan keberadaannya
sangat sulit untuk dilihat. Benar-benar seperti alien bukan? Ada tapi seperti
tidak ada.
Terlalu lama memikirkan Usui
hanya akan membuat Misaki memikirkan banyak hal yang tidak seharusnya ia
pikirkan. Seperti biasa, iapun pada akhirnya memutuskan memejamkan mata agar
terlelap untuk melenyapkan perasaan yang tidak ia suka saat ini.
***
Hari telah berganti. Yang lalu
sudahlah berlalu. Seperti mentari yang selalu terbit di timur untuk mengukir
hari-hari yang baru. Hari ini hari kamis. setelah 6 hari melaksanakan try out
rasanya sangat segan untuk pergi ke sekolah.
“Misaki, hari ini kamu masuk?”
“gatau nih ma. Males banget. Besok juga libur. Disekolah
pasti gabut. Mendingan aku belajar dirumah” ujar Misaki jujur.
“heee? Bener nih
gamau masuk sekolah? Kebetulan kalo gitu” ujar mamanya yang langsung duduk
disamping Misaki.
“kebetulan apa ma?” selidik Misaki yakin ada sesuatu yang
akan diperintahkan oleh mamanya.
“kan rencananya mama hari ini gajadi mau ngurusin
pendaftaran sekolah ade kamu garagara bibi kamu itu harus nungguin Shintani
yang masih sakit. Nah kan kalo kamu gamasuk kamu bisa temenin dia dirumahnya
sana. Udah lama juga kan kamu ga ketemu Shintani”
Benar bukan, pasti ada sesuatu. Misaki berfikir dulu
sebentar. Baginya lebih baik ia bertemu saudara laki-lakinya itu daripada harus
ke sekolah. Lagipula tidak ada yang membuatnya semangat untuk datang ke
sekolahnya itu.
“okedehhh. Berarti mama ijinin ya ke guru di sekolah. Aku
nanti ke rumah Shintani aja” ujar Misaki langsung menyetujui.
“iya beress.. yaudah ayo sarapan dulu. Mama mau langsung
nelpon bibi kamu biar hari ini jadi ngurus pendaftarannya” ujar mama Misaki
yang langsung berlalu keluar kamar.
***
Waktu telah menunjukkan pukul 10.00. Misaki telah berpakaian
rapih dengan rok selutut dan sebuah kaos yang bagian bawahnya dimasukkan
kedalam rok. Rambutnya yang telah panjang Ia biarkan terurai. Menyelipkan
poninya yang telah melewati dagu di samping kanan telinganya. Telah rapi semua,
Misaki meraih sabuah tas berwarna merah dan diselempangkan di bahu kanannya.
Misaki pun langsung bergegas menuju rumah saudaranya.
Tidak butuh waktu lama kini Misaki telah berada diluar pagar
rumah saudaranya. Rumah yang begitu besar tapi telalu sepi.
“Moshi moshiii Shintani-kun!” ujar Misaki berharap cepat
dibukakan pagar. Sebelumnya Misaki telah mengirimkan pesan bahwa ia akan
menemui saudaranya itu saat ini juga.
“Haaaaaik Misaki-chan. Douzo” ujar Shintani yang telah
menampakkan dirinya dan langsung membukakan gerbang untuk Misaki.
Mereka pun langsung masuk kedalam rumah yang sedang tidak
berpenghuni saat ini. Misaki berjalan dibelakang Shintani. Melihat punggung saudara
laki-lakinya yang telah tumbuh lebih tinggi darinya. Usia mereka sama. Bahkan
tanggal lahir mereka hanya berbeda beberapa hari. Banyak juga orang-orang yang
bilang bahwa mereka seperti saudara kembar. Karna mereka yang memiliki wajah
mirip dengan mata yang sipit.
“katanya lo lagi sakit. Mana sakit? Gak keliatan” ujar
Misaki memecah keheningan setelah mendapati sofa berwarna coklat yang terhubung
ke arah balkon kamar Shintani.
“ya iyalah gak keliatan. Gua kan lelaki tangguh calon akpol.
Haha” ujar Shintani yang duduk di ujung tempat tidurnya.
“amin deh aminn” ujar Misaki diselingi tawa.
“lo ngapain dah tumbenan banget kesini? Kangen sama abang lo
yang tampan kayak artis takeru sato?”
“duhh, lebih tepatnya sih kangen sama abang yang pedenya
seujung dunia” ujar Misaki sambil melangkah menuju rak buku yang sangat rapi.
Ia telusuri jarinya melihat-lihat kumpulan komik yang tertata rapi disana.
Memilih salah satu komik bergenre romance untuk sekedar iseng ia baca. Misaki
sangat menyukai anime. Tapi ia lebih suka anime-anime yang di filmkan. Bukan
yang menjadi manga pada sebuah komik.
“terus?? Lo bolos sekolah? Apa libur?” tanya Shintani yang
merasa heran pada hari sekolah kenapa saudara perempuan satu-satunya ini bisa
berkeliaran di luar sekolah.
“bolos!” ujar Misaki seadanya dan duduk disamping Shintani
yang kemudian mulai membuka komik yang ia dapat.
“haha. orang kutu buku kayak lo bisa-bisanya bolos sekolah.
Kiamat beneran udah deket” ujar Shintani merebut komik dari tangan Misaki.
“iih. Gue kan juga orang biasa yang bisa jenuh sama masa
SMA” ujar Misaki kembali merebut komiknya.
“gak. Lo itu gamungkin beneran bolos kalo Cuma gara-gara
jenuh. Doushite?” ujar Shintani yang sudah hafal dengan kelakuan Misaki.
Misaki menghembuskan nafas beratnya. Ia menundukkan
kepalanya. Ada rasa sesak yang tiba-tiba melintas. Kemudian ia menatap
sepupunya yang berwajah meneduhkan itu. Matanya yang sangat menunjukkan kesan
perhatian membuat Misaki sangat beruntung memiliki saudara seperti dia. Jika saja mereka tidak bersaudara, mungkin
Misaki sudah sangat jatuh cinta pada cowok dihadapannya kini.
“daijoubu” ujar misaki dengan memaksakan sedikit senyum.
“uhuuuk.. haaa...haa’f cuh”
Shintani membuang muka untuk bersin. Ia sedang flu berat. Suaranya pun
sedikit mendengung ketika berbicara.
“haduuuh.. Misaki-chan no usotsuke” gumam Shintani yang
tidak percaya pernyataan tidak apa-apa dari Misaki. Ia yang merasa sedikit
pusing pun membaringkan tubuhnya.
“Uso janai Shintani-kun. Lo udah minum obat belum?
Ganteng-ganteng kok ingusan”
“belom nih. makan aja belom. Males banget sumpah dah”
“HEH? Gimana sih lo. Makan cepetan” ujar Misaki sambil
menggoyang-goyangkan tubuh Shintani yang sudah terbenam didalam selimut.
“aduuuhh. Misaki. Males nih. ambilin dooong makan sama
obatnyaa” ujar Shintani manja.
“hih? Ogah. Ambil aja sendiri. Jadi cowok tuh jangan manja.”
“tapikan nyokap gue udah nitipin gue ke elo buat ngejagain
gue hari ini. berarti lo harus ngurusin gue hari ini. ayolahh misaki chan. Gue
udah laper nihh”
“GA-MAU” ujar Misaki
“Misaki-chaan. Kalo gue pingsan pas turun tangga gimana?
Terus gue guling-guling sampe bawah trus kepalanya luka tangannya patah gimana?
Trus gue mati gimana? Salah siapa? Gue pasti salahin lo” ujar Shintani panjang
lebar yang akhirnya membuat Misaki tergerak.
“yaudah iya bawel” ujar Misaki dan langsung beranjak keluar
kamar menuju dapur.
“yeaay. Nanti kalo gue udah sembuh gue beliin chitato 5!”
teriak Shintani dari dalam kamar.
Misaki kembali membuka pintu kamar Shintani dengan mata yang
berbinar “HONTOOOOU?” teriak Misaki yang memang sangat menyukai Chitato.
“HAIK. Hontou ni!” ujar Shintani meyakinkan.
Misaki langsung meleset menuju dapur dengan semangat dan
segera kembali menuju kamar Shintani dengan makanan dan obat yang ia bawa.
Misaki pun menemani Shintani sepanjang hari dengan saling
bertukar berbagai cerita yang sebentar-sebentar akan membuat keduanya tertawa
geli. Dengan begitu Shintani merasa seperti terlupa akan penyakitnya dan Misaki
terlupa akan kesedihannya.
***
Sore memancarkan kilatan jingga dengan semburat ungu yang
membuat langit terlihat begitu indah seolah bagaikan seseorang yang berpenampilan
istimewa untuk menjemput sang malam. Misaki berpamitan kepada bibinya yang
sudah tiba dirumah. Tugasnya telah selesai untuk mengunjungi Shintani. Ia harus
pulang sore ini.
“kamu gak mau nginep
aja disini Misaki? Besok libur kan?” Ujar ibunya Shintani diambang gerbang
sebelum Misaki melangkah jauh.
“ah? Engga usah Bi. Aku mau pulang aja. Kapan-kapan kesini
lagi” ujar Misaki.
“gapapa nih kamu pulang sendiri? Udah sore loh” ujar Bibinya
masih ragu melepas Misaki.
“gapapa kok Bi..” ujar Misaki.
“GOMEN MISAKI. GUE GABISA NGANTER HARI INI. HATI-HATI
DIJALAN YAAA... NANTI DICULIK ALIEN” teriak Shintani dari arah balkon atas.
“heeeh? Apaansih. Cepet sembuh ya! Hahahahah” ujar Misaki
menyahuti Shintani.
Misaki pun melambaikan tangan kearah Shintani dan beranjak
pergi.
Selama perjalanan pulang Misaki benar-benar telah merasa
puas bertemu dengan saudara sepupunya itu. Selain memiliki fisik yang sudah
termasuk kategori cowok idaman bagi para perempuan dia sangat menjengkelkan. Walaupun
menjengkelkan tapi dia adalah cowok yang telah berfikir dewasa, sangat
perhatian. Bahkan apabila saat bersama dia, Misaki yakin semua orang akan lupa
waktu.
***
“Misaki?”
“haaik. Masuk maa” ujar Misaki. Ia segera menyimpan sebuah
buku kecil hard cover yang terdapat kunci gembok kecil disisi bukunya.
“gimana keadaan Shintani?” tanya mama misaki saat
menghampiri Misaki.
“ah dia baik-baik aja. Cuma flu sama demam aja. Dia masih bisa
ngeledekin aku ma” jelas Misaki sambil mengingat hal-hal yang ia habiskan
bersama Shintani hari ini.
“hahah. Wajarlah kalo dia ngeledekin kamu. di keluarganya
kan kakaknya cowo semua dan sekarang udah pada nikah. Pasti dia kesepian”
“cowo kayak dia gamungkin kesepian ma. Orang hapenya rame
terus di chat sama fans-fansnya” ujar Misaki sambil merapihkan tempat
belajarnya.
“kayaknya malah kamu ya yang kesepian. Hahaha” ledek mamanya
sambil mencubit pelan hidung Misaki.
“iiihh apasih mama. Aku juga punya banyak fans. Cuma males
ngeladenin aja”
“haha iya-iya mama percaya. Anak mama kan Cuma mau
ngeladenin siapa itu.. Usui Takumi ya?”
“Iyalah. EEEH? Engga juga kok” bingung Misaki. Lagi-lagi
sosok Usui jadi terpikirkan olehnya. Misaki melirik handphone nya. Sudah pukul
setengah 9 malam. Banyak notification yang masuk. Tapi ia merasa malas untuk
membukanya. Terlebih lagi orang yang ia harapkan juga tidak turut dalam notif
di handphone nya.
“yaudah bobo sana. Jangan belajar terus. Otak juga butuh
istirahat Misaki-chan” ujar mamanya mengelus lembut rambut Misaki yang kemudian
berlalu keluar kamarnya.
“haaik” sahut Misaki. Baru jam segini. Tidak biasanya dia
sudah tidur.
Drrrttt........
Handphone nya bergetar tanda pesan masuk.
Ia raih ponselnya itu. “ah Usui!” gumam Misaki yang langsung
membuka pesannya.
‘Misaki :p’
‘haaik’
‘lagi apa?’
‘lagi.... duduk’
‘oh iya. tanggal berapa gitu. Misaki dateng ke acara jfest?’
‘dimana? Di UI?’
‘iyaaa. Katanya ada. Misaki dateng?’
‘engga. Itu juga bukan jfets. Itu Cuma lomba-lomba Usui-kun.
Kenapa? Mau dateng?’
‘yah kirain jfest. Gajadi dateng deh’
Misaki tiba-tiba saja teringat oleh ajakan senpainya yang
sempat merencanakan pergi ke jfest pada bulan Mei bersamanya. Tapi Misaki belum
menyetujuinya karna ia harus mencari teman perempuan dulu untuk ikut bersamanya
agar ia tidak lagi-lagi pergi bersama 5 cowok sendirian. 5 cowok itu sih memang
sudah sangat dekat dengan Misaki. Cowok-cowok yang akan siap mengantar Misaki
kemanapun jika ia butuh. Teman yang sudah ia anggap seperti kakak atau bahkan
keluarga sendiri.
Misakipun jadi berniat mengajak Usui. Jadi ia tidak perlu
pergi bersama teman-temannya itu.
‘oiya, aku niat mau ke jfest di blok M bulan Mei nanti. Mau
ikut?’
‘ah gomen. Aku ga sempet :(‘ balas Usui. Ya Misaki sudah
biasa dengan jawaban seperti ini. jadi ia merasa biasa saja.
‘ng.. awal Mei kok’ balas Misaki masih penuh harap.
‘iyaa. Aku udah mulai tes. Sampai bulan Juli’
Mei sampai Juli? Itu berarti 2 bulan. Ya.. itu masih hal
biasa untuk Misaki. Bahkan itukan untuk masa depan Usui. Misaki harus
mendukungnya.
‘ohgitu.. hmm. GANBATTE USUI-KUN’
‘arigatou :)’
‘:)’ Misaki kembali merasakan perasaan aneh. Dan ia tetap
berusaha biasa saja. Perasaan itu tidak boleh menguasai dirinya. Ayoo. Posthink
Misaki.
‘lagi apa?’
‘lagi mau bobo’ balas Misaki seketika. Memang itu yang ia
inginkan saat ini. tiba-tiba Misaki ingin segera terlelap.
‘ Oyasumi :*’
Dappp.........
Misaki benar-benar sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. 1
kata itu ia dapati lagi. Iapun jadi merasa benci dengan kata itu. Kenapa?
Misaki pun tidak mengerti. Misaki tinggalkan handphone nya pada meja
belajarnya. Ia langsung berbaring di tempat tidurnya. Mengontrol dirinya agar
membaik. Agar tidak merasa perasaan yang menyakitkan hatinya. Ia memejamkan
mata erat-erat. Berharap cepat terlelap.
-‘‘iyaa. Aku udah mulai tes. Sampai bulan Juli’-
Kalimat yang ia dapat dari pesan Usui seketika terngiang di
otaknya. Kenapa? Seharusnya Misaki biasa saja. Itu hanya 2 bulan. Hanya 2 bulan
sosok Usui tidak menemani hari-harinya. Bukankah itu biasa? Bukankah itu tidak
penting untuk dipikirkan? Tapi kenapa? Kenapa hal itu terus berputar di
otaknya.
Bodoh. Misaki merasa dirinya sangat payah. Seharusnya ia
selalu mendukung apapun yang dilakukan Usui. Terlebih lagi itu untuk kebaikan
dirinya.
Kenapa?.. kenapa
tiba-tiba Misaki merasa takut kehilangan?.......
***
Dering handphone berbunyi nyaring hingga membangunkan
Misaki. Ia raih handphone pada meja yang tidak jauh dari tempat tidurnya.
Melihat nama dan jam yang tertera di layar ponselnya. Jam 11.00 dari Shintani. Misaki
yang sudah merasa sangat terganggu dengan dering ponselnya langsung menekan
tombol answer.
“nan desu ka?”
“banguuun kebooooo. Jam segini masih molor. Tuh di ruang
tamu udah ada cowo ganteng sambil bawa chitato. Kayaknya sih namanya Usui”
jelas Shintani melalui sambungan telepon. Mendengar kata-kata Shintani. Misaki
langsung melesat ke ruang tamu. Dan ia benar mendapati seorang cowok yang
sedang duduk disana dengan kemeja
berwarna biru dongker dan di tangannya terdapat chitato.
“SHINTANI NO BAKA! HONTOUNI BAKAAAAA!!!!!!” teriak Misaki
saat itu juga dan melempar boneka dari tangannya ke arah Shintani yang ternyata
seorang cowok yang berada di ruang tamu adalah dia. Misaki benar-benar telah
merasa dibodohi.
“HUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH” tawa Shintani benar-benar
lepas melihat tingkah Misaki.
“gak lucu aaah!” ujar Misaki yang kini duduk dihadapannya
sambil memasang wajah cemberut.
“lucu banget gilaaa... hahahahahah”
“GAK. Ih ganteng-ganteng tukang bohong mana guna” ujar
Misaki pada Shintani.
“eeeeeits! Gue ga bohong loh ya. Kan tadi gue bilangnya udah
ada cowo ganteng sambil bawa chitato. Lah itukan bener kaaan?”
“lah tapi kan lo tadi bilangnya Usui” ujar Misaki masih
tidak terima.
“makanya dengerin yang bener. Gue juga kan bilangnya
‘kayaknya namanya Usui’berarti belum tentu Usui kan? Wleeeekk” ujar Shintani
membela dirinya.
“yatapikan tetep aja.....”
“Apa ? apa?”
“ah teserah. Eh kok lo kesini? Ngapain? Udah sehat lo?”
heran Misaki dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Shintani.
“udahlah. Dan sebagai cowok gentle. Gue langsung menepati
janji buat ngebeliin lo chitato. Nihh” ujar Shintani masih dengan gaya pedenya
dan menyerahkan 5 Chitato.
“waaaaahh. Baiknyaaa. Arigatou!” ujar Misaki dengan senang.
“doitta” ujar Shintani sambil mengeluarkan laptopnya dari
dalam tas.
“oiya. Bulan Mei lo udah mulai tes buat akpol ya?
Semangaaatttt. Lo harus bisa lolos” ujar Misaki menyemangati Shintani.
“emang iya?gue aja belum daftar” ujar Shintani.
“lah kok belum?” heran Misaki.
“sini deh sini liat. Gue bukain situs webnya” ujar Shintani.
Misaki pun pindah tempat duduk ke samping Shintani. Melihat apa yang
ditunjukkan Shintani.
“tuhkan masih strip pendaftarannya. Belum dibuka yang akpol”
ujar Shintani menjelaskan.
“masa sih? Salah web kali. usui udah sibuk banget masa” ujar
Misaki yang belum mengerti.
“emang Usui liatnya di web yang mana? Coba lo tanya siapa
tau beda” kata Shintani yang juga merasa heran.
“ng, iya nanti gue tanya kalo dia udah bbm gue ya” ucap
Misaki.
“oh dia belum bbm? Kemana tuh dia? jangan-jangan........”
ledek Shintani.
“apa? Gausah ngaco. Dia biasa bbm malem” jelas Misaki.
“hahahahahahhah” tawa
Shintani tiba-tiba.
“kenapa dah?” tanya Misaki
“engga. Gapapa. Hahahaha”
“tijel”
“oiya masalah akpol, kan abang gue temennya tuh panitia buat
akpol tau. Dia pasti ngabarin kalo akpol udah mulai ada jadwal. Gue jadi panik
dah. Beneran belum ada pendaftaran kan ya?” ujar Shintani.
“gue gatau. lagian lo nyantai banget dah. Usui aja udah
ngurusin macem-macem kayaknya” ujar Misaki.
“mana nyantai. Lagian kata abang gua suruh nyantai aja. Ntar
dia yang ngurusin. yaudah ntar lo tanyain dia abis itu kasih tau gua ya”
“oiya abang lo polisi, dan temennya juga panitia akpol.
Yaudahlah wajar lo nyantai. Pasti masuk. Wkwk” ujar Misaki.
“gak gitu juga. Hayo.. lo takut di boongin Usui ya? Cowo
yang udah sering bohong biasanya ga serius. Paling bentar lagi lo ditinggalin
kalopun lo yang ninggalin, dia pasti bakal baik-baik aja”
“apaansih. Usui gapernah bohongin gue kali. emangnya lo
tukang boongin pacar lo”
“engga. Mana pernah gua bohong ama dia. Cuma kayaknya pas
gue udah mulai pendidikan akpol gue bakal ngelepas dia dah”
“eh? Maksudnya lo putusin? Paraaaaahh” ujar Misaki yang
tidak terima. Ia hanya takut bahwa Usui juga akan memiliki pikiran yang sama
dengan saudaranya ini.
“mungkin. Gue gatega aja nyuruh dia nunggu gue 4 tahun. Kalo
dia butuh gue, gue juga gabisa ada disamping dia kan? Ntar gue bikin dia sedih
doang” jelas Shintani.
“EHH? Gaboleh. Lo gaboleh gitu. Cewek lo pasti lebih sedih
kalo lo putusin. Kalo dia sayang sama lo dia pasti tetep nungguin lo kok.
Lagian kan dia udah biasa jarang ketemu lo. Pasti dia biasa-biasa aja lo
tinggal 4 tahun, asalkan lo kasih komitmen dan kepastian ke dia” ujar Misaki.
“lo nasehatin apa curhat? Gimana gue jarang ketemu dah? Tiap
hari kan cewek gue, gue jemput. Hari sabtu juga gue kerumah dia. itu mah elo
yang jarang ketemu Usui. Yakin tuh Usui sayang sama lo? HUAHAHAHA” ujar
Shintani dan kata-katanya membuat Misaki kembali berfikir.
“BETE! SANA PULAAAANG!!!” ujar Misaki kesal.
“ciye galaaaau” ledek Shintani.
“BODO. PERGI SANA PERGIII.” Usir Misaki sambil mendorong
tubuh Shintani.
“bercanda elah Misaki-chan. Usui sayang banget sama lo kok.
Bodoh banget kalo cewek kayak lo di sia-siain”
“gombal!”
“serius”
“oh”
“Haha dasar cewek. Kira-kira pikiran cewek gue kayak lo gak
ya.”
“taudeh”
“ih ngambek. Yaudah ayo ganti pembahasan”
“males”
Shintani langsung beranjak dari tempat duduknya dan
mengambil citato yang ada di hadapannya. Ia langsung buka chitato itu dan
memakannya.
“Shintaniiii. Itu punya gue aaaaaah jangan di abisiiinnn”
ujar Misaki mencoba merebut chitato nya. Shintanipun menghindar dan terus
memakan chitatonya sambil memasang muka meledek.
Misaki tidak pernah bisa untuk menahan tawa ketika Shintani
sudah menggila. Akhirnya mereka pun terus bercanda. Dan misaki melupakan rasa
galau yang sempat ia rasakan.
***
Awan malam kembali hadir bersama
bintang-bintang tanpa mengahalau cahaya bintang untuk terlihat dari bumi.
Langit yang cerah. Sudah cukup lama Misaki tidak mengamati langit malam. Ia
lihat kearah timur. Disana pasti ada sebuah bintang yang sangat dekat dengan bulan. Bintang itu
sendirian dan tidak terlalu terang. Tapi terlihat paling menarik diantara yang
lainnya di mata Misaki.
Melihat bintang itu membuat
Misaki teringat oleh Usui. Seseorang yang sudah ia pilih untuk mengunci
hatinya. Ditengah lamunan Misaki saat memandang bintang itu tiba-tiba saja pipi
Misaki terasa geli dan tidak tahan untuk tidak tersenyum. Ia megingat hal indah
yang pernah ia lalui bersama Usui. Walaupun tidak terlalu banyak mengukir
kenangan tapi Misaki merasa sangat nyaman dengan Usui.
Ia selalu menepis pikiran negatif
tentang Usui. Biarkan saja. Kisah antara Misaki dan Usui hanyalah mereka yang
tau. Biarkan saja. Karna ia percaya, bahagia itu sederhana. Dan sesuatu yang
indah bisa saja hadir tiba-tiba diantara ribuan masa kelam.
-tamat-
yosssh. pemanasan selesai.
wait for the next story minna-san.
Arigatou