search judul postingan

Rindu - puisi-

bisu membius keadaan menjadi sunyi.
Sunyi dalam keramaian.
Yang ada hanya sebatas bayang kebisingan.
 Aku menunggu.
Menunggu jiwa dalam lantunan doa.
Doa yang kuharap kan mengembalikannya dengan utuh.
Dimana jiwanya...Cepat pulang.


Terjaga ku dalam sunyi.
Dikala 5 menit sebelum ternyenyak.
Ku benci suasana ini.
Merusak segala keceriaan yang kujaga sejak pagi.
Rasa rindu ini telah menyeka nafasku.


Dimana jiwanya...
Sedang apa dia...
Baik-baik sajakah dia...
Akankah kita berjumpa lagi...


Terpejam dalam hanyutan kerinduan.
Terlantun sepotong doa pada sang Maha Mengetahui.
Terus melantunkan doa untuknya.
Hingga terasa hadirnya meredakan rindu.


Jarak, ini bukan cobaan sayang.
Jarak, justru menjaga kita.
Sabarlah. Bahagia kita kan tiba waktunya.
Dengan rasa syukur diujung kata “SAH”



-Ayu Ambarwati. 29.11.2015-

SENYAP (puisi)


Kusapa kau dengan lembut

Kau tidak mendengar

Kemudian ku bersuara tuk menyapa kau

Kau hanya diam

Ku buat suara yang lebih keras

Kau bergerak tuk menghindar

Lalu ku berteriak

Tapi kau berlari menjauh.


Aku takkan pernah mengejar

Punggung yang membawamu hilang

Yang kemudian lenyap meninggalkan ku

Kau hanya menoleh

Memandang seolah kau ingin merangkulku

Tapi mengapa kau tetap menjauh

Haruskah ku mengejar?



Ku bersimpuh dengan pasrah

Apakah ini lelah?

Apakah ini lemah?

Aku bangkit mengepakan sayapku

Dengan sentuhan lembut

Hampir kau teraih olehku

Kau pegang aku

Tapi kemudian kau hempaskan lagi

Kenapa?



Aku sendirian

Tenggelam dalam kesenyapan

Entah bagaimana aku akan sendirian

Entah bagaimana aku bertahan

Sekuat apapun ku berlari mengejar angan


Ku hanya akan bersanding dengan kesenyapan


-Ayu Ambarwati, 12-07-2015-

Silent~ (cerpen)


SILENT


Larut dalam hening malam. Rasa dingin yang begitu menusuk kulit terasa biasa saja. Sangat biasa jika dibandingkan dengan perasaannya saat ini.

Bingung.

Ia sangat suka membuat orang lain bahagia. Ia selalu berusaha melakukan apapun untuk mencoba orang disekitarnya bahagia. Bahkan baginya hidup itu memang hanya untuk melihat orang lain bahagia.
Tapi? Apa untuk membuat orang lain bahagia harus sesakit ini? apa salah jika ia memimpikan sesuatu yang diluar batas kemampuannya? Atau memang sesungguhnya keaijaiban itu tidak pernah ada?

Siapa yang bisa menjawab?
Adakah yang memikirkan itu?

Dia diam. Dia hanya diam. Mengubur segala angan indah yang dianggap orang lain kelam. Ya diam bukankah akan lebih baik?

Apa maunya?

Siapa yang tahu? Hanya dirinya yang tau. Hanya otaknya dan hatinya yang menimbun segala keinginan gila yang tidak pernah ia dapat.

Tuhan pasti tahu.
Ia tidak sendirian menyimpan hal itu sendirian. Ia sadar bahwa Tuhan pasti tahu. Tapi untuk mengakui kepada Tuhannya pun ia merasa malu. Merasa tak pantas. Dan terlalu gila. Dan ya. Mungkin hanya keajaiban yang bisa mewujudkan apa yang ia inginkan.

Dia hanya diam. Karna tidak ada yang mengerti.

Apa ia punya seseorang?
Tentu punya.

Tapi untuk menjadi pegangannya ..... terlalu sulit rasanya untuk digenggam. Jikalau pun diperhatikan.. ia hanya sendirian.

Ada yang peduli?
Sangat banyak.

Sangat banyak orang yang menyayanginya. Tapi, kenapa? Ia tetap harus diam? Memendam apa yang ia inginkan sendirian?

Jelas jawabannya adalah ia takut untuk membuat lainnya bersedih. Bahkan akan sangat sakit bila ia harus bahagia sendirian sedangkan yang lainnya sedih. Ia lebih memilih sedih sendirian. Dan mengamati yang lainnya bahagia. Tentu dengan diamnya.

Tidak akan ada yang tau apa perasaannya. Tidak akan.

***************************************************************************

Shilla duduk pada sebuah bangku panjang berwana putih di koridor sekolah. Duduk ditengah-tengah orang yang sedang tertawa bahagia menikmati UN yang telah selesai dijalaninya. Ia pun terlihat sedang tertawa. Ikut meramaikan suasana. Tertawa dalam arti apa? Menyembunyikan kesedihan?

Selang beberapa waktu ia memutuskan untuk menghampiri temannya. Menyapa dan memberikan senyum yang ia usahakan akan terlihat sebagai orang yang paling bahagia di dunia. Ia sangat tidak sabar untuk pulang. tapi, ia masih harus menunggu temannya yang sedang bahagia bercanda dengan kekasihnya.
Tidak apa-apa. Itu sangat membuatnya senang. Ia jadi terbayang bila ada di  posisi temannya itu. Ah sungguh menyenangkan.

Ia menghampiri teman yang lainnya. Memeluknya dari belakang. Menyapa dengan riang walaupun temannya yang satu itu selalu mengucapkan kata selamat tinggal untuknya. Ia sangat menyayangi temannya yang satu itu. Walaupun akhir-akhir ini ia merasa bahwa temannya yang itu menjauhinya. Bahkan ia sudah menegur apa yang telah membuat temannya itu melakukan hal seperti itu. Iapun mendapat jawaban yang cukup singkat dan jelas. Temannya tidak ingin merasa terlalu sedih saat harus benar-benar berpisah dengannya.  Temannya itu ingin membiasakan diri tanpa dirinya. Dan temannya itu berkata. Bahwa ia harus mencari teman lain yang lebih baik. Karna bagi temannya itu, ia terlalu baik dan tidak pantas memiliki teman seperti temannya itu. Tidak apa-apa.

Kemudian ia hendak akan turun menuju lantai bawah sebelum akhirnya ia bertemu seseorang yang menahannya. Oh, ternyata temannya yang lain. Iapun segera menariknya untuk berjalan bersama menusuri tangga. Temannya itu terlihat gelisah karna ia telah membuat temannya itu harus meninggalkan temannya yang lain dan ikut bersamanya. Ia tidak bermaksud jahat untuk membuat temannya ini meninggalkan temannya yan lain. Ia hanya ingin membiarkan temannya yang lain itu menyelesaikan waktunya untuk kekasihnya. Biarkan saja. Biarkan dia merasa bahagia dulu. karna mereka harus mengerti.. ada saatnya ketika seseorang yang mereka butuh untuk ada disampingnya tidak bisa menemaninya. 

***


Saat-saat terkahir di SMA. Saat-saat terakhir dimana ia dapat melihat dengan lengkap segala penghuni SMA itu. Memandangi sekitarnya membuat ia nostalgia. Nostalgia pada saat awal ia mendaftarkan diri ke sekolahnya ini.

Ia berjalan dengan sahabat terbaik yang ia temukan saat SMP. Mereka berdua membawa sebuah map dengan kelengkapan persyaratan untuk masuk sebuah sekolahan favorit di salah satu kota dengan harapan mereka akan dapat satu sekolah lagi. Harapan yang sangat tinggi. Harapan yang mungkin membutuhkan keajaiban untuk dapat mengkabulkannya. Hingga tiba suatu saat hanya dirinya yang diterima di sekolah itu. Hanya dia sendiri. Tanpa seorang sahabat yang hanya satu-satunya ia miliki. Sivia. Ia tidak bisa satu sekolah dengan Shilla karna beberapa sarat yang tidak dapat terpenuhi. Jelas, itu sangat membuat Shilla takut dan sangat sedih ketika tahu bahwa ia harus berpisah dengan Sivia.

Shilla terus melanjutkan kisah hidupnya di SMA yang menurutnya sangat monoton. Hingga ia menemukan seorang kekasih untuk mewarnai hidupnya. Seseorang yang sangat perhatian untuknya. Seseorang yang telah lama menanam cinta untuknya.ia dapat melihat ketulusan hati seorang Alvin. Shilla dapat merasa bahwa Alvin sangat bahgia dan bersyukur karna memilikinya. Tapi apa kalian tau? Sesungguhnya dalam hati Shilla, ia tidak memiliki rasa yang sama dengan Alvin. hatinya belum bisa ia buka untuk orang lain. Masih ada yang tertinggal di hatinya itu. Tapi Ia selalu berusaha untuk terus menanam bibit cinta untuk kekasihnya itu. Seorang cowok yang sudah susah payah mengubah kehidupannya menjadi lebih baik, dari seorang yang terkenal sangat bandel dan payah dalam segala hal menjadi seseorang yang sangat melindungi Shilla. Shilla sungguh takjub dengan perjuangannya itu. Tapi shilla pun tidak bisa memaksakan perasaannya. Dan banyak celotehan temannya yang belum percaya bahwa seorang Alvin telah berubah, banyak temannya yang tidak suka jika Shilla terus mempertahankan hubungannya dengan Alvin membuat Shilla tidak tahan. Dan akhirnya Shilla tanpa memikirkan dulu apa kehendaknya, ia langsung memutuskan hubungannya dengan Alvin tanpa alasan. Sungguh jahat.

Saat ini, Shilla mendapati sepasang kekasih yang terlihat sangat bahagia bercanda ria tidak jauh dari tempatnya. jelas, itu adalah Alvin dan pacar barunya. Ia benar-benar menyesal pernah menyiakan orang itu. Dan itu membuatnya tetap bertahan pada kisah cintanya yang baru.
Waktu yang ia habiskan di sekolah tanpa melakukan apapun terasa sangat menjenuhkan. Ia memutuskan untuk segera pulang kerumah. Meninggalkan sebuah bangunan yang menyimpan banyak kisah perjalanan hidupnya menuju dewasa, sebuah bangunan yang..ah akan membuat banyak halaman untuk diceritakan.

***

Sesampainya dirumah ia langsung melakukan kebiasaan rutinnya untuk mengecek handphone. Ada sesuatu yang sangat berharga dalam ponselnya. Sesuatu yang sangat ia butuhkan. Ia tidak akan bosan menanti sebuah pesan menjumpai ponselnya. Tapi kali ini ia sangat merasa bosan. Sangat amat bosan karna tidak ada hal yang harus ia kerjakan. Sesuatu yang ia butuhkan itu juga sedang tidak hadir. Entahlah sudah keberapa ribu kali ia menghembuskan nafas berat. Ia sangat merindukan sosok yang jauh disana. Tidak, sebenarnya tidak jauh. Hanya waktu yang amat terbatas yang membuat itu semua terasa jauh. Cakka, ah nama itu benar-benar membuat Shilla tidak tenang. Kadang Shilla berfikir... apa Cakka pernah memikirkan apa yang membuatnya bahagia? Bukankah setiap sepasang kekasih akan saling berusaha membahagiakan satu sama lain? Atau Shilla cukup baik untuk berakting bahwa ia sangat bahagia?..............

Shilla benar-benar membutuhkan waktu untuk bersama Cakka. Ingin rasanya ia menemui orang itu. Tapi itu juga salah satu dari sebuah keajaiban yang bisa mengabulkannya. Untuk sekedar menemani Shilla melalui message saja ia tidak sempat. Apalagi untuk bertemu dengannya? Lelah. Rasanya benar-benar lelah. Dan kali ini ia sangat merasa sendirian.


************************************************************************

Shilla terdiam. Iapun menutup matanya. Membayangkan hal yang ia inginkan di masa depan. Dan lagi-lagi mungkin membutuhkan keajaiban untuk mewujudkannya.






the end.

-Oyasumi- [fanfiction Anime]

hyaho para secret reader. lagi jenuh ditengah-tengah belajar buat H-7 UN nih. Mau mulai menulis cerpen ala ala fanfiction anime para sesepuh yang udah dilengkapi embel-embel istilah apalah nanti kalian temukan disini. kalo gangerti bisa searching atau nanya yang sering baca fanfiction. hehe.
sebenernya mau join ke kayak forum fanfiction tapi belum punya banyak waktu buat rutin ngecerpen, dan juga masih sayang sama blog ini jadi.... posting disini aja.
so, happy reading minna!

###################################################################################

OYASUMI

disclaimer : Fujiwara Hiro
genre : slice of life
rating : T
pair : Misaki x Usui + Shintani
'OOC & AU of Kaichou wa maid sama'


“oyasumi”

Dapp....
Lagi-lagi hatinya terasa tersengat. Ada perasaan menikam yang tidak bisa untuk disebut rasa sakit apalagi rasa bahagia. perasaan yang entahlah sulit dijelaskan dan amat mengganggu.

Oyasumi? 1 kata itu bermakna selamat tidur. Hampir setiap hari 1 kata itu ia dapati dari seseorang yang entah dimana harus menyisipkan alasan bahwa orang itu istimewa untuknya. Namun, 1 kata itu seolah membuat refleks otak untuk mengomandokan kesedihan. Ya, sedih.  Entahlah.

Seorang perempuan dengan piyama jingga menghempaskan tubuhnya pada sebuah kasur bermotif bunga matahari, Setelah ia mematikan lampu kamarnya dan mengganti pada sebuah lampu yang cahayanya tidak memenuhi satu ruangan. Dengan begini ia dapat melihat redup-redup cahaya hiasan bintang glow in the dark pada langit-langit kamarnya.

Tapp...
Tiba-tiba saja salah satu bintang itu jatuh tepat diatas keningnya. Ia ambil dan langsung ia taro pada sebuah kotak kecil. Pada kotak itu sudah banyak kumpulan bintang-bintang yang terjatuh dari dinding kamarnya. rencanyanya jika ada waktu untuk bertemu, ia akan memberi semua bintang itu pada orang yang ia juluki alien. Ya, selama alien di bumi pasti dia sangat merindukan bintang-bintang dilangit yang ada di tempat tinggalnya. Haha. pikiran yang konyol.
                
 Usui Takumi. Cowok yang kerap kali menyapa perempuan bernama Misaki Ayuzawa ini dengan sebutan princess.  Cowok aneh, tidak jelas, bahkan keberadaannya sangat sulit untuk dilihat. Benar-benar seperti alien bukan? Ada tapi seperti tidak ada.

Terlalu lama memikirkan Usui hanya akan membuat Misaki memikirkan banyak hal yang tidak seharusnya ia pikirkan. Seperti biasa, iapun pada akhirnya memutuskan memejamkan mata agar terlelap untuk melenyapkan perasaan yang tidak ia suka saat ini.

***

Hari telah berganti. Yang lalu sudahlah berlalu. Seperti mentari yang selalu terbit di timur untuk mengukir hari-hari yang baru. Hari ini hari kamis. setelah 6 hari melaksanakan try out rasanya sangat segan untuk pergi ke sekolah.

“Misaki, hari ini kamu masuk?”

“gatau nih ma. Males banget. Besok juga libur. Disekolah pasti gabut. Mendingan aku belajar dirumah” ujar Misaki jujur.

“heee?  Bener nih gamau masuk sekolah? Kebetulan kalo gitu” ujar mamanya yang langsung duduk disamping Misaki.

“kebetulan apa ma?” selidik Misaki yakin ada sesuatu yang akan diperintahkan oleh mamanya.

“kan rencananya mama hari ini gajadi mau ngurusin pendaftaran sekolah ade kamu garagara bibi kamu itu harus nungguin Shintani yang masih sakit. Nah kan kalo kamu gamasuk kamu bisa temenin dia dirumahnya sana. Udah lama juga kan kamu ga ketemu Shintani”

Benar bukan, pasti ada sesuatu. Misaki berfikir dulu sebentar. Baginya lebih baik ia bertemu saudara laki-lakinya itu daripada harus ke sekolah. Lagipula tidak ada yang membuatnya semangat untuk datang ke sekolahnya itu.

“okedehhh. Berarti mama ijinin ya ke guru di sekolah. Aku nanti ke rumah Shintani aja” ujar Misaki langsung menyetujui.

“iya beress.. yaudah ayo sarapan dulu. Mama mau langsung nelpon bibi kamu biar hari ini jadi ngurus pendaftarannya” ujar mama Misaki yang langsung berlalu keluar kamar.

***

Waktu telah menunjukkan pukul 10.00. Misaki telah berpakaian rapih dengan rok selutut dan sebuah kaos yang bagian bawahnya dimasukkan kedalam rok. Rambutnya yang telah panjang Ia biarkan terurai. Menyelipkan poninya yang telah melewati dagu di samping kanan telinganya. Telah rapi semua, Misaki meraih sabuah tas berwarna merah dan diselempangkan di bahu kanannya. Misaki pun langsung bergegas menuju rumah saudaranya.

Tidak butuh waktu lama kini Misaki telah berada diluar pagar rumah saudaranya. Rumah yang begitu besar tapi telalu sepi.
“Moshi moshiii Shintani-kun!” ujar Misaki berharap cepat dibukakan pagar. Sebelumnya Misaki telah mengirimkan pesan bahwa ia akan menemui saudaranya itu saat ini juga.

“Haaaaaik Misaki-chan. Douzo” ujar Shintani yang telah menampakkan dirinya dan langsung membukakan gerbang untuk Misaki.

Mereka pun langsung masuk kedalam rumah yang sedang tidak berpenghuni saat ini. Misaki berjalan dibelakang Shintani. Melihat punggung saudara laki-lakinya yang telah tumbuh lebih tinggi darinya. Usia mereka sama. Bahkan tanggal lahir mereka hanya berbeda beberapa hari. Banyak juga orang-orang yang bilang bahwa mereka seperti saudara kembar. Karna mereka yang memiliki wajah mirip dengan mata yang sipit.

“katanya lo lagi sakit. Mana sakit? Gak keliatan” ujar Misaki memecah keheningan setelah mendapati sofa berwarna coklat yang terhubung ke arah balkon kamar Shintani.

“ya iyalah gak keliatan. Gua kan lelaki tangguh calon akpol. Haha” ujar Shintani yang duduk di ujung tempat tidurnya.

“amin deh aminn” ujar Misaki diselingi tawa.

“lo ngapain dah tumbenan banget kesini? Kangen sama abang lo yang tampan kayak artis takeru sato?”

“duhh, lebih tepatnya sih kangen sama abang yang pedenya seujung dunia” ujar Misaki sambil melangkah menuju rak buku yang sangat rapi. Ia telusuri jarinya melihat-lihat kumpulan komik yang tertata rapi disana. Memilih salah satu komik bergenre romance untuk sekedar iseng ia baca. Misaki sangat menyukai anime. Tapi ia lebih suka anime-anime yang di filmkan. Bukan yang menjadi manga pada sebuah komik.

“terus?? Lo bolos sekolah? Apa libur?” tanya Shintani yang merasa heran pada hari sekolah kenapa saudara perempuan satu-satunya ini bisa berkeliaran di luar sekolah.

“bolos!” ujar Misaki seadanya dan duduk disamping Shintani yang kemudian mulai membuka komik yang ia dapat.

“haha. orang kutu buku kayak lo bisa-bisanya bolos sekolah. Kiamat beneran udah deket” ujar Shintani merebut komik dari tangan Misaki.

“iih. Gue kan juga orang biasa yang bisa jenuh sama masa SMA” ujar Misaki kembali merebut komiknya.

“gak. Lo itu gamungkin beneran bolos kalo Cuma gara-gara jenuh. Doushite?” ujar Shintani yang sudah hafal dengan kelakuan Misaki.

Misaki menghembuskan nafas beratnya. Ia menundukkan kepalanya. Ada rasa sesak yang tiba-tiba melintas. Kemudian ia menatap sepupunya yang berwajah meneduhkan itu. Matanya yang sangat menunjukkan kesan perhatian membuat Misaki sangat beruntung memiliki saudara seperti dia.  Jika saja mereka tidak bersaudara, mungkin Misaki sudah sangat jatuh cinta pada cowok dihadapannya kini.

“daijoubu” ujar misaki dengan memaksakan sedikit senyum.

“uhuuuk.. haaa...haa’f cuh”  Shintani membuang muka untuk bersin. Ia sedang flu berat. Suaranya pun sedikit mendengung ketika berbicara.
 “haduuuh.. Misaki-chan no usotsuke” gumam Shintani yang tidak percaya pernyataan tidak apa-apa dari Misaki. Ia yang merasa sedikit pusing pun membaringkan tubuhnya.

“Uso janai Shintani-kun. Lo udah minum obat belum? Ganteng-ganteng kok ingusan”

“belom nih. makan aja belom. Males banget sumpah dah”

“HEH? Gimana sih lo. Makan cepetan” ujar Misaki sambil menggoyang-goyangkan tubuh Shintani yang sudah terbenam didalam selimut.

“aduuuhh. Misaki. Males nih. ambilin dooong makan sama obatnyaa” ujar Shintani manja.

“hih? Ogah. Ambil aja sendiri. Jadi cowok tuh jangan manja.”

“tapikan nyokap gue udah nitipin gue ke elo buat ngejagain gue hari ini. berarti lo harus ngurusin gue hari ini. ayolahh misaki chan. Gue udah laper nihh”

“GA-MAU” ujar Misaki

“Misaki-chaan. Kalo gue pingsan pas turun tangga gimana? Terus gue guling-guling sampe bawah trus kepalanya luka tangannya patah gimana? Trus gue mati gimana? Salah siapa? Gue pasti salahin lo” ujar Shintani panjang lebar yang akhirnya membuat Misaki tergerak.

“yaudah iya bawel” ujar Misaki dan langsung beranjak keluar kamar menuju dapur.

“yeaay. Nanti kalo gue udah sembuh gue beliin chitato 5!” teriak Shintani dari dalam kamar.

Misaki kembali membuka pintu kamar Shintani dengan mata yang berbinar “HONTOOOOU?” teriak Misaki yang memang sangat menyukai Chitato.

“HAIK. Hontou ni!” ujar Shintani meyakinkan.

Misaki langsung meleset menuju dapur dengan semangat dan segera kembali menuju kamar Shintani dengan makanan dan obat yang ia bawa.

Misaki pun menemani Shintani sepanjang hari dengan saling bertukar berbagai cerita yang sebentar-sebentar akan membuat keduanya tertawa geli. Dengan begitu Shintani merasa seperti terlupa akan penyakitnya dan Misaki terlupa akan kesedihannya.

***

Sore memancarkan kilatan jingga dengan semburat ungu yang membuat langit terlihat begitu indah seolah bagaikan seseorang yang berpenampilan istimewa untuk menjemput sang malam. Misaki berpamitan kepada bibinya yang sudah tiba dirumah. Tugasnya telah selesai untuk mengunjungi Shintani. Ia harus pulang sore ini.

 “kamu gak mau nginep aja disini Misaki? Besok libur kan?” Ujar ibunya Shintani diambang gerbang sebelum Misaki melangkah jauh.

“ah? Engga usah Bi. Aku mau pulang aja. Kapan-kapan kesini lagi” ujar Misaki.

“gapapa nih kamu pulang sendiri? Udah sore loh” ujar Bibinya masih ragu melepas Misaki.

“gapapa kok Bi..” ujar Misaki.

“GOMEN MISAKI. GUE GABISA NGANTER HARI INI. HATI-HATI DIJALAN YAAA... NANTI DICULIK ALIEN” teriak Shintani dari arah balkon atas.

“heeeh? Apaansih. Cepet sembuh ya! Hahahahah” ujar Misaki menyahuti Shintani.
Misaki pun melambaikan tangan kearah Shintani dan beranjak pergi.

Selama perjalanan pulang Misaki benar-benar telah merasa puas bertemu dengan saudara sepupunya itu. Selain memiliki fisik yang sudah termasuk kategori cowok idaman bagi para perempuan dia sangat menjengkelkan. Walaupun menjengkelkan tapi dia adalah cowok yang telah berfikir dewasa, sangat perhatian. Bahkan apabila saat bersama dia, Misaki yakin semua orang akan lupa waktu.

***

“Misaki?”

“haaik. Masuk maa” ujar Misaki. Ia segera menyimpan sebuah buku kecil hard cover yang terdapat kunci gembok kecil disisi bukunya.

“gimana keadaan Shintani?” tanya mama misaki saat menghampiri Misaki.

“ah dia baik-baik aja. Cuma flu sama demam aja. Dia masih bisa ngeledekin aku ma” jelas Misaki sambil mengingat hal-hal yang ia habiskan bersama Shintani hari ini.

“hahah. Wajarlah kalo dia ngeledekin kamu. di keluarganya kan kakaknya cowo semua dan sekarang udah pada nikah. Pasti dia kesepian”

“cowo kayak dia gamungkin kesepian ma. Orang hapenya rame terus di chat sama fans-fansnya” ujar Misaki sambil merapihkan tempat belajarnya.

“kayaknya malah kamu ya yang kesepian. Hahaha” ledek mamanya sambil mencubit pelan hidung Misaki.

“iiihh apasih mama. Aku juga punya banyak fans. Cuma males ngeladenin aja”

“haha iya-iya mama percaya. Anak mama kan Cuma mau ngeladenin siapa itu.. Usui Takumi ya?”

“Iyalah. EEEH? Engga juga kok” bingung Misaki. Lagi-lagi sosok Usui jadi terpikirkan olehnya. Misaki melirik handphone nya. Sudah pukul setengah 9 malam. Banyak notification yang masuk. Tapi ia merasa malas untuk membukanya. Terlebih lagi orang yang ia harapkan juga tidak turut dalam notif di handphone nya.

“yaudah bobo sana. Jangan belajar terus. Otak juga butuh istirahat Misaki-chan” ujar mamanya mengelus lembut rambut Misaki yang kemudian berlalu keluar kamarnya.

“haaik” sahut Misaki. Baru jam segini. Tidak biasanya dia sudah tidur.

Drrrttt........
Handphone nya bergetar tanda pesan masuk.
Ia raih ponselnya itu. “ah Usui!” gumam Misaki yang langsung membuka pesannya.

‘Misaki :p’
‘haaik’
‘lagi apa?’
‘lagi.... duduk’
‘oh iya. tanggal berapa gitu. Misaki dateng ke acara jfest?’
‘dimana? Di UI?’
‘iyaaa. Katanya ada. Misaki dateng?’
‘engga. Itu juga bukan jfets. Itu Cuma lomba-lomba Usui-kun. Kenapa? Mau dateng?’
‘yah kirain jfest. Gajadi dateng deh’

Misaki tiba-tiba saja teringat oleh ajakan senpainya yang sempat merencanakan pergi ke jfest pada bulan Mei bersamanya. Tapi Misaki belum menyetujuinya karna ia harus mencari teman perempuan dulu untuk ikut bersamanya agar ia tidak lagi-lagi pergi bersama 5 cowok sendirian. 5 cowok itu sih memang sudah sangat dekat dengan Misaki. Cowok-cowok yang akan siap mengantar Misaki kemanapun jika ia butuh. Teman yang sudah ia anggap seperti kakak atau bahkan keluarga sendiri.
Misakipun jadi berniat mengajak Usui. Jadi ia tidak perlu pergi bersama teman-temannya itu.

‘oiya, aku niat mau ke jfest di blok M bulan Mei nanti. Mau ikut?’
‘ah gomen. Aku ga sempet :(‘ balas Usui. Ya Misaki sudah biasa dengan jawaban seperti ini. jadi ia merasa biasa saja.
‘ng.. awal Mei kok’  balas Misaki masih penuh harap.
‘iyaa. Aku udah mulai tes. Sampai bulan Juli’

 Mei sampai Juli? Itu berarti 2 bulan. Ya.. itu masih hal biasa untuk Misaki. Bahkan itukan untuk masa depan Usui. Misaki harus mendukungnya.

‘ohgitu.. hmm. GANBATTE USUI-KUN’
‘arigatou :)’
‘:)’ Misaki kembali merasakan perasaan aneh. Dan ia tetap berusaha biasa saja. Perasaan itu tidak boleh menguasai dirinya. Ayoo. Posthink Misaki.
‘lagi apa?’
‘lagi mau bobo’ balas Misaki seketika. Memang itu yang ia inginkan saat ini. tiba-tiba Misaki ingin segera terlelap.
‘ Oyasumi :*’

Dappp.........
Misaki benar-benar sudah tidak bisa menahan dirinya lagi. 1 kata itu ia dapati lagi. Iapun jadi merasa benci dengan kata itu. Kenapa? Misaki pun tidak mengerti. Misaki tinggalkan handphone nya pada meja belajarnya. Ia langsung berbaring di tempat tidurnya. Mengontrol dirinya agar membaik. Agar tidak merasa perasaan yang menyakitkan hatinya. Ia memejamkan mata erat-erat. Berharap cepat terlelap.

-‘‘iyaa. Aku udah mulai tes. Sampai bulan Juli’-

Kalimat yang ia dapat dari pesan Usui seketika terngiang di otaknya. Kenapa? Seharusnya Misaki biasa saja. Itu hanya 2 bulan. Hanya 2 bulan sosok Usui tidak menemani hari-harinya. Bukankah itu biasa? Bukankah itu tidak penting untuk dipikirkan? Tapi kenapa? Kenapa hal itu terus berputar di otaknya.
Bodoh. Misaki merasa dirinya sangat payah. Seharusnya ia selalu mendukung apapun yang dilakukan Usui. Terlebih lagi itu untuk kebaikan dirinya.

 Kenapa?.. kenapa tiba-tiba Misaki merasa takut kehilangan?.......

***

Dering handphone berbunyi nyaring hingga membangunkan Misaki. Ia raih handphone pada meja yang tidak jauh dari tempat tidurnya. Melihat nama dan jam yang tertera di layar ponselnya. Jam 11.00 dari Shintani. Misaki yang sudah merasa sangat terganggu dengan dering ponselnya langsung menekan tombol answer.

“nan desu ka?”

“banguuun kebooooo. Jam segini masih molor. Tuh di ruang tamu udah ada cowo ganteng sambil bawa chitato. Kayaknya sih namanya Usui” jelas Shintani melalui sambungan telepon. Mendengar kata-kata Shintani. Misaki langsung melesat ke ruang tamu. Dan ia benar mendapati seorang cowok yang sedang duduk disana dengan kemeja  berwarna biru dongker dan di tangannya terdapat chitato.

“SHINTANI NO BAKA! HONTOUNI BAKAAAAA!!!!!!” teriak Misaki saat itu juga dan melempar boneka dari tangannya ke arah Shintani yang ternyata seorang cowok yang berada di ruang tamu adalah dia. Misaki benar-benar telah merasa dibodohi.

“HUAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH” tawa Shintani benar-benar lepas melihat tingkah Misaki.

“gak lucu aaah!” ujar Misaki yang kini duduk dihadapannya sambil memasang wajah cemberut.

“lucu banget gilaaa... hahahahahah”

“GAK. Ih ganteng-ganteng tukang bohong mana guna” ujar Misaki pada Shintani.

“eeeeeits! Gue ga bohong loh ya. Kan tadi gue bilangnya udah ada cowo ganteng sambil bawa chitato. Lah itukan bener kaaan?”

“lah tapi kan lo tadi bilangnya Usui” ujar Misaki masih tidak terima.

“makanya dengerin yang bener. Gue juga kan bilangnya ‘kayaknya namanya Usui’berarti belum tentu Usui kan? Wleeeekk” ujar Shintani membela dirinya.

“yatapikan tetep aja.....”

“Apa ? apa?”

“ah teserah. Eh kok lo kesini? Ngapain? Udah sehat lo?” heran Misaki dan duduk di sofa yang berhadapan dengan Shintani.

“udahlah. Dan sebagai cowok gentle. Gue langsung menepati janji buat ngebeliin lo chitato. Nihh” ujar Shintani masih dengan gaya pedenya dan menyerahkan 5 Chitato.

“waaaaahh. Baiknyaaa. Arigatou!” ujar Misaki dengan senang.

“doitta” ujar Shintani sambil mengeluarkan laptopnya dari dalam tas.

“oiya. Bulan Mei lo udah mulai tes buat akpol ya? Semangaaatttt. Lo harus bisa lolos” ujar Misaki menyemangati Shintani.

“emang iya?gue aja belum daftar” ujar Shintani.

“lah kok belum?” heran Misaki.

“sini deh sini liat. Gue bukain situs webnya” ujar Shintani. Misaki pun pindah tempat duduk ke samping Shintani. Melihat apa yang ditunjukkan Shintani.

“tuhkan masih strip pendaftarannya. Belum dibuka yang akpol” ujar Shintani menjelaskan.

“masa sih? Salah web kali. usui udah sibuk banget masa” ujar Misaki yang belum mengerti.

“emang Usui liatnya di web yang mana? Coba lo tanya siapa tau beda” kata Shintani yang juga merasa heran.

“ng, iya nanti gue tanya kalo dia udah bbm gue ya” ucap Misaki.

“oh dia belum bbm? Kemana tuh dia? jangan-jangan........” ledek Shintani.

“apa? Gausah ngaco. Dia biasa bbm malem” jelas Misaki.

“hahahahahahhah” tawa  Shintani tiba-tiba.

“kenapa dah?” tanya Misaki

“engga. Gapapa. Hahahaha”

“tijel”

“oiya masalah akpol, kan abang gue temennya tuh panitia buat akpol tau. Dia pasti ngabarin kalo akpol udah mulai ada jadwal. Gue jadi panik dah. Beneran belum ada pendaftaran kan ya?” ujar Shintani.

“gue gatau. lagian lo nyantai banget dah. Usui aja udah ngurusin macem-macem kayaknya” ujar Misaki.

“mana nyantai. Lagian kata abang gua suruh nyantai aja. Ntar dia yang ngurusin. yaudah ntar lo tanyain dia abis itu kasih tau gua ya”

“oiya abang lo polisi, dan temennya juga panitia akpol. Yaudahlah wajar lo nyantai. Pasti masuk. Wkwk” ujar Misaki.

“gak gitu juga. Hayo.. lo takut di boongin Usui ya? Cowo yang udah sering bohong biasanya ga serius. Paling bentar lagi lo ditinggalin kalopun lo yang ninggalin, dia pasti bakal baik-baik aja”

“apaansih. Usui gapernah bohongin gue kali. emangnya lo tukang boongin pacar lo”

“engga. Mana pernah gua bohong ama dia. Cuma kayaknya pas gue udah mulai pendidikan akpol gue bakal ngelepas dia dah”

“eh? Maksudnya lo putusin? Paraaaaahh” ujar Misaki yang tidak terima. Ia hanya takut bahwa Usui juga akan memiliki pikiran yang sama dengan saudaranya ini.

“mungkin. Gue gatega aja nyuruh dia nunggu gue 4 tahun. Kalo dia butuh gue, gue juga gabisa ada disamping dia kan? Ntar gue bikin dia sedih doang” jelas Shintani.

“EHH? Gaboleh. Lo gaboleh gitu. Cewek lo pasti lebih sedih kalo lo putusin. Kalo dia sayang sama lo dia pasti tetep nungguin lo kok. Lagian kan dia udah biasa jarang ketemu lo. Pasti dia biasa-biasa aja lo tinggal 4 tahun, asalkan lo kasih komitmen dan kepastian ke dia” ujar Misaki.

“lo nasehatin apa curhat? Gimana gue jarang ketemu dah? Tiap hari kan cewek gue, gue jemput. Hari sabtu juga gue kerumah dia. itu mah elo yang jarang ketemu Usui. Yakin tuh Usui sayang sama lo? HUAHAHAHA” ujar Shintani dan kata-katanya membuat Misaki kembali berfikir.

“BETE! SANA PULAAAANG!!!” ujar Misaki kesal.

“ciye galaaaau” ledek Shintani.

“BODO. PERGI SANA PERGIII.” Usir Misaki sambil mendorong tubuh Shintani.

“bercanda elah Misaki-chan. Usui sayang banget sama lo kok. Bodoh banget kalo cewek kayak lo di sia-siain”

“gombal!”

“serius”

“oh”

“Haha dasar cewek. Kira-kira pikiran cewek gue kayak lo gak ya.”

“taudeh”

“ih ngambek. Yaudah ayo ganti pembahasan”

“males”

Shintani langsung beranjak dari tempat duduknya dan mengambil citato yang ada di hadapannya. Ia langsung buka chitato itu dan memakannya.

“Shintaniiii. Itu punya gue aaaaaah jangan di abisiiinnn” ujar Misaki mencoba merebut chitato nya. Shintanipun menghindar dan terus memakan chitatonya sambil memasang muka meledek.
Misaki tidak pernah bisa untuk menahan tawa ketika Shintani sudah menggila. Akhirnya mereka pun terus bercanda. Dan misaki melupakan rasa galau yang sempat ia rasakan.

***

Awan malam kembali hadir bersama bintang-bintang tanpa mengahalau cahaya bintang untuk terlihat dari bumi. Langit yang cerah. Sudah cukup lama Misaki tidak mengamati langit malam. Ia lihat kearah timur. Disana pasti ada sebuah bintang  yang sangat dekat dengan bulan. Bintang itu sendirian dan tidak terlalu terang. Tapi terlihat paling menarik diantara yang lainnya di mata Misaki.

Melihat bintang itu membuat Misaki teringat oleh Usui. Seseorang yang sudah ia pilih untuk mengunci hatinya. Ditengah lamunan Misaki saat memandang bintang itu tiba-tiba saja pipi Misaki terasa geli dan tidak tahan untuk tidak tersenyum. Ia megingat hal indah yang pernah ia lalui bersama Usui. Walaupun tidak terlalu banyak mengukir kenangan tapi Misaki merasa sangat nyaman dengan Usui.

Ia selalu menepis pikiran negatif tentang Usui. Biarkan saja. Kisah antara Misaki dan Usui hanyalah mereka yang tau. Biarkan saja. Karna ia percaya, bahagia itu sederhana. Dan sesuatu yang indah bisa saja hadir tiba-tiba diantara ribuan masa kelam.

-tamat-

yosssh. pemanasan selesai.
wait for the next story minna-san.
Arigatou