Freak moment part
III
Ketika
sebuah rasa itu tertanam kuat. Apa artinya semua ini telah selesai? Bukankah
perlu dirawat dan ditumbuhkembangkan agar menjadi lebih indah?
***
Hari-hari Shilla
terasa lebih berwarna semenjak ada Cakka yang menemaninya, lebih tepatnya
Shilla menjadi tidak bisa jauh dari handphone nya. Shilla dan Cakka telah
mengakui perasaan satu sama lain. Dan wajar kan bila Shilla menunggu sebuah
status dari Cakka?
Sivia dan Shilla
seperti biasa.. setiap bel pulang berbunyi mereka tidak akan langsung pulang.
Mereka akan duduk-duduk dulu di taman sekolah untuk sesi curhat harian.....
“gue harus bertahan
gak shill?” tanya Sivia setelah mengoceh panjang lebar.
Shilla menggeleng.
“jadi gue harus
ninggalin dia?” tanya Sivia lagi.
Shilla mengangguk.
“shill, dengerin
gue dulu apa” ujar Sivia yang sudah sedari tadi cerita namun hanya diangguki
atau digelengi Shilla.
“dari tadi gue
dengerin kok viiii” ucap Shilla tanpa mengalihkan pandangannya dari layar hp
nya.
“dengerin apaan ih
daritadi lo Cuma ngangguk atau gak geleng doang. Smsannya ditunda dulu apaaah”
gerutu Sivia sudah sangat kesal dengan Shilla.
Shilla mengantongi
Hpnya dan menatap Sivia serius. “oke, sekarang ulang cerita lo” ujar Shilla.
“aduuuhhh
Shillaaaaa!!!!!!!! Mulut gue bisa berbusa kalo lo suruh gue ngulang dari awal.
Bete tau gak”
“maap Sivia
cantik.... hehe. Yaudah ceritain
singkatnya aja vi. Jadi lo sama Rio gimana sekarang?” tanya Shilla memasang
wajah perhatian untuk Sivia.
“hufft.. gini
Shill, Rio udah jarang ngehubungin gue. Sekalinya ngehubungin ya ngomongin
pelajaran. Bete banget kan? Tapi sekarang gue lagi deket sama temen sekelas
namanya Gilang. Gue bingung deh, rasanya pengen berpaling tapi takut nyakitin
Rio” ujar Sivia.
Shilla mengangguk
mengerti. “Rionya yang salah sih kalo kayak gini. Dia gamau ngejelasin
hubungan. Gak salah kok kalo lo diambil cowok lain vi. Tapi... rionya masih
mempertahankan lo gak vi?”
“gue gatau shill..
tiap smsan, kita tuh Cuma ngebahas kimia teruuusss. Gak peka banget apa kalo
gue tuh butuh kejelasan dari dia” ujar Sivia penuh emosi.
“sabar vi sabaar..
jadi lo maunya gimana sekarang? Nungguin Rio apa berpaling?” tanya Shilla ke
sumber masalah Sivia.
“nah itu yang gue
pusingiiin. Eh, lo sendiri gimana sama Cakka?”
Shilla terdiam.
Kemudian meneguk sedikit air dari botol minumnya. “baik-baik aja. Baiiiik
banget malah” ucap Shilla.
“ciyeee bgt deh.
Kapan jadian nih?”
“gatau. heheh” ucap
Shilla dan membayangkan gimana kalo Cakka benar-benar bisa jadi seseorang yang
seutuhnya dia miliki. “vi, gue sayang sama Cakka” ujar Shilla. Rasanya Shilla
tidak ingin hanya dia yang tau akan perasaannya.
“wihh.. kira-kira Cakka sayang beneran gak ya sama
Shilla.......” gumam Sivia.
“Sayanglah !!!!!
dia bilang sendiri kok ke gue kalo dia sayaaaang bgt sama gue” tukas Shilla
dengan senyuman geli.
“eh... bulshit
doang kali kalo Cakka bilang sayang sama lo nya itu ke lo doang” pancing Sivia
mematahkan keyakinan Shilla.
“kok gitu sih vi
?!!”
“nih ya.. gak
penting seberapa banyak dia ngomong sayang ke lo. Yang bisa ngebuktiin dia
beneran sayang sama lo itu... seberapa banyak orang yang dia kasih tau kalo dia
sayang sama lo” ujar Sivia
dengan lagat orang bijak.
Shilla berfikir
keras. Memahami kalimat yang ia dengar barusan sangat membuatnya ragu dengan
Cakka.
“kok diem shill??
Omongan gue ngena ya? Gue dapet tuh kalimat dari qoutes di tumblr shill. Hayooo
Cakka gak sayang Shilla. Cakka bohong doang tuh” ujar Sivia semakin membuat
Shilla bad mood total.
“viaa mah gitu
banget. Gue mau pulang ah” kesal Shilla
dan langsung beranjak menusuri koridor sekolah yang menuju ke gerbang.
“eeeeehhh tungguin
dong Shilll! Gue juga mau pulang” teriak Sivia buru-buru merapihkan buku-buku
yang belum ia masukan ke dalam tas.
Shilla mengabaikan
teriakan Sivia. Shilla terus berjalan cepat hingga akhirnya bahunya terasa
sakit karna dia menabrak seseorang yang juga berjalan cepat dari arah
berlawanan.
“aduuh” ujar Shilla
dan orang yang ditabraknya berbarengan. Mereka saling pandang. Shilla mengenal
betul orang dihadapannya ini. dia teman baru di kelasnya. Shilla sangat kesal
jika bertemu dia. Tingkah dan namanya mirip dengan seseorang yang ingin ia
musnahkan dari ingatannya.
“hiss. Vino! Kalo
jalan tuh liat-liat dong” ketus Shilla. Padahal
Shilla yang menabrak, tapi Shilla memang sedang dalam keadaan ingin marah.
“iya maap Ashill
maap maap”
“ihh. Jangan
manggil Ashill napah. Panggilan gue itu Shilla”
“lo sendiri manggil
gue vino. Jelas-jelas panggilan gue itu Alvin”
“yeeeh, nama lo kan
Alvino. Apa salahnya sih gue panggil Vino?! Masih mending gak gue panggil
kambing” ujar Shilla, kekesalannya semakin meluap setelah mendengar nama Alvin.
“ya berarti gue
juga gak salah dong manggil lo Ashill. Kenapa dah lu? Lagi dapet? Sewot banget”
ujar Alvino merasa tidak mengerti dengan sikap Shilla yang tibatiba saja
mengomelinya abis-abisan.
“Shillaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...
lo tega banget sih ninggalin gue. Udah tau gu.....” Sivia yang baru datang dan
berniat ingin menceramahi Shilla panjang lebar langsung ditarik pergi Shilla
meninggalkan Alvino yang masih penuh keheranan.
***
Kejadian pulang
sekolah tadi membuat Shilla badmood hingga larut malam. Ia melirik handphone
nya. Ada pesan masuk dari Cakka. Tapi rasanya sangat segan untuk membukanya.
Kata kata Sivia yang diucapkannya tadi benar-benar tergiang di otaknya. Apa benar Cakka tidak sungguh menyayanginya?
“ppfffft”
Shilla memutuskan
untuk membalas pesan Cakka.
“apaaa Cakka?”
“lagi apaa?”
“lagi mau bobo”
“tumben jam segini
mau bobo”
“iyaaa. Ngantuk,
udah dulu ya, oyasuminasaaai”
“oyasuminasai”
balas Cakka. Shilla mengakhiri percakapan. Shilla sedang tidak ingin diganggu.
Entah ada sesuatu yang sedang ia pikirkan. Ia takut, jika apa yang dibilang
Sivia itu benar.
**********************************************************************************
Hari senin kembali
tiba.
Drrrtttt...drrrrttt....
Getar HP
membangunkan Shilla. Ia raih hp nya dengan berusaha untuk membuka matanya.
Seperti dugaannya pasti
Cakka yang mengiriminya pesan sepagi ini hanya untuk mengucapkan kata selamat
pagi dalam bahasa jepang
“Ohayoooou”
Benar bukan?
Shilla pun mencoba
duduk dan membalas dengan kata yang sama untuk Cakka. Setelah membalasnya,
Shilla berjalan gontai menuju kamar mandi untuk mandi dan merapihkan diri
sebelum berangkat sekolah.
Sesampainya di
sekolah...
Shilla langsung
menuju kelasnya. Buruburu menaruh tas karna semua murid sudah berbaris di
lapangan untuk mengikuti upacara.Shilla pun kembali berlari menuju lapangan.
Dan berbaris dibarisan paling belakang.
Shilla suka
upacara, tapi jika kebagian dibarisan paling belakang, ia sangat merasa sebal.
Karna pasti akan ada panas matahari pagi yang menyilaukan dirinya. Dan terlebih
lagi, ia harus bersebelahan dengan Alvino..........
“eh Ashill” sapa
Alvino
“eh Al.. ng vino”
Shilla hampir saja menyebut nama Alvin. orang ini benar-benar menyusahkan. Tapi tidak
seharusnya Shilla menyalahkannya, Alvino tidak tau apa apa. Shilla hanya harus
meyakinkan dirinya bahwa yang disampingnya ini adalah Alvino. Bukan Alvin
Jonathan.
“huuuft” Shilla
menghembuskan napas berat.
“kenapa dah?” tanya
Alvino.
“kepo banget dah”
jawab Shilla.
“yeeeh”
Upacara telah
memasuki sesi amanat pembina upacara dan matahari mulai meninggi hingga menyilaukan
Shilla.
Shilla merasa sejak
tadi Alvino memandanginya dari samping. “apaan bgt sih Vino. Risih tau” batin
Shilla yang merasa tidak suka terlalu lama diliatin. Shilla pun menghadapkan
wajahnya ke vino.
Vino tersenyum
padanya membuat Shilla reflek membalas senyumnya. “ngapain sih vin?” tanya
Shilla.
“ng, lo keringetan.
Panas ya?” ujar Alvino
“ha? Iyalah. Masa
kedinginan” jawab Shilla.
Tibatiba Alvino
bergeser sedikit kedepan. Sinar matahari yang memang berasal dari arah sebelah
kanan dihalanginya sehingga Shilla tidak lagi kepanasan.
“udah kan?” tanya
Alvino dengan senyum.
“i..ya..udah” ujar
Shilla merasa heran dengan sikap Alvino. Shilla buruburu memalingkan wajahnya.
Untunglah upacara
segera selesai.
***
Pelajaran pertama
hari ini adalah olahraga dan materinya adalah basket. Sejak SMP, Shilla sangat
menyukai basket dan tidak heran bila Shilla sering mencetak banyak angka saat
bermain.
“suka banget basket
ya Shill?” tanya Alvino yang entah datang darimana.
“iyaa. Bagus
bolanya warna oren. Haha” jawab Shilla sambil mendrible pelan bola.
“haha ada ada aja.
Kirain suka karna pacarnya jago basket” ujar Alvino sambil merebut bola dari
Shilla.
“engga” jawab
Shilla. Menyukai basket bukan berarti akan terpikat dengan cowok yang jago
basket. Bagi shilla, cowok yang sedang bermain sepak bola jauh lebih keren
dibanding bermain basket. Entah kenapa.
“engga? Gapunya
pacar?” tanya Alvino
“enggaaaa. Ih bawel
bgt sih viiinnn. Sini bolanya” pinta Shilla.
“gamau”
“yaudah” ujar
Shilla dan pergi menuju tepi lapangan untuk duduk. Ia keluarkan hpnya dan tidak
ada satupun pesan dari Cakka.
‘huuuft. Lagi apa
ya Cakka’ pikir Shilla. Rasanya Shilla benar-benar butuh Cakka. Tapi mau gimana lagi. Cakka jauh.
***
Senja berlalu.
Menjeput gelap malam. Hembusan angin malam mengusap pipi Shilla yang sedang
berada di balkon rumahnya. Tatapannya jauh ke satu bintang yang paling terang.
Tak sadar shilla tersenyum tipis. Bintang memang selalu menjadi moodboaster
untuk dirinya. Shilla mengalihkan pandangan ke layar hpnya. Ada sebuah pesan.
“Shillaaaaa........
gue jadian sama Gilang. Gue udah mantepin hati buat Gilang. Gapapa kan?”
Hmm, Sivia. Shilla
langsung masuk kedalam kamarnya. Dalam posisi tengkurap, ia balas pesan dari
sahabatnya itu.
“trus Rio gimana?
Parah banget”
“gatau deh shill, Rio
gajelas sih. Dia gapernah ngasih status ke gue. Dan dateng yang lebih jelas,
buat apa masih nunggu yang gajelas”
Shilla berfikir
keras. Cakka juga tidak pernah memberinya status..........
“tapi, kalo Rio
sedih gimana?”
“gue yakin engga.
Udah ah shill jangan bikin galau. Kasih selamat kek”
“yaudah selamat ya.
Semoga langgeng”
“yeay. Makasih. lo
kapan nyusul sama Cakka?”
“gatau......”
“ih kok gatau?!
minta kejelasan dong Shill”
‘kejelasan?’ gumam
Shilla. Ya, Shilla harus minta kejelasan pada Cakka. Shilla mengabaikan pesan Sivia. Ia
langsung mengontak Cakka.
“Shillaaaaa” baru
saja Shilla ingin menulis nama Cakka, tapi Cakka telah mendahuluinya.
“iyaaaa”
“lagi apa?”
“lagi tiduran.
Cakka, Shilla mau nanya sesuatu deh”
“apa?”
“hubungan kita
sekarang apa? Cakka beneran sayang Shilla gak?”
“kita.... ya Cakka
sayang Shilla. Cakka tuh cinta banget sama Shilla. Trus Cakka gabakal pacaran
sama orang lain termasuk Shilla. Soalnya Cakka gasuka status pacaran yang Cuma
bikin kehancuran. Cakka lebih suka kita berhubungan spesial tanpa status
pacaran. Soalnya Cakka takut Shilla pergi... Cakka lebih suka nembak Shilla di
pelaminan dibandingin buat pacaran”
Hati Shilla terasa
mati. Shilla tidak tau, haruskah dia senang atau sedih dengan pernyataan itu?
“jadi gitu.... :) Shilla
juga sayang Cakka. Yaudah gapapa kok” jawab Shilla pada akhirnya.
Itu kejelasan dari
Cakka. Jadi Cakka tidak ingin ada status diantara mereka. Terbesit keraguan
dalam hati Shilla, namun Shilla mengabaikannya. Untuk saat ini, Shilla
mematikan perasaannya dan mengegoiskan pikirannya. Saat ini, Shilla hanya takut
Cakka pergi..... dan mungkin hanya dengan cara ini Shilla akan terus bersama
Cakka.
***
Hari
terus berganti.. perasaan itu terus tumbuh dan terus dirawat walaupun ada hal
yang mencoba membunuhnya. Biarlah, biar waktu yang akan menegaskan bagaimana
seharusnya perasaan itu. Apa perasaan itu akan bersemi atau malah akan
memudar..
***
Shilla menjalani
harinya dengan segenggam hati yang ia jaga baik-baik. Mengabaikan banyak cinta
yang datang hanya untuk menjaga hati itu.
“Shillaaa? Lo nolak
Gabriel???? Demiapa? Dia kan 4T Shilllllll” ujar Sivia berhisteris ria setelah
Shilla mengakhiri curhatannya.
“apaantuh 4T?”
heran Shilla
“Tidak bodoh.
Tampan. Takwa. Tajir. Beh perfect bgt diaaa” ujar Sivia antusias
“hah? Yaelah vi. Ga ada yang
perfect di dunia ini. Cuma keliatannya doang kali. Nanti juga kalo udah dapet yang dia
mau, baru dah keliatan kalo dia TPP” ujar Shilla
“TPP?”
“Tidak Punya
Perasaan. Udahlah, gue males pacaran”
“etdah Shill.. tau
banget deh yang udah mentok di Cakka”
“heheh tuh tau”
“yaudahlah. Susah
menggoyahkan cewe yang kelewat setia. Gue balik duluan ya. Udah ditungguin
Gilang”
“oke. Bye”
Shilla memandangi
Sivia yang menghampiri gilang. Ia berharap ada Cakka disini. Tapi itu hanya
sebuah harapan. Shilla harus mengerti keadaan Cakka. Sekolahnya dan sekolah
Cakka berbeda. Shilla tidak boleh egois untuk menyuruh Cakka terus
menjemputnya. Cakka menyayanginya udah lebih dari cukup untuk Shilla.
Shilla pun
melangkah menuju lobby sekolah. ‘hari ini nebeng siapa ya’ gumam Shilla sambil
memandangi sekitarnya. Mencari seseorang yang ia kenal.
‘sial, Cuma ada
Alvino’ lirik Shilla mendapati sosok Alvino yang sedang memainkan hp diatas
motornya.
“oy Alshil” sapa
Alvino yang menyadari keberadaan Shilla
“yo” sahut Shilla
menghampiri Alvino.
“kok belum pulang?”
“lagi...” drrrt...
handphone Shilla bergetar, ada pesan dari Cakka.
‘mau pulang bareng
gak’ tanya Cakka
‘maaaaaauuuu’ jawab
Shilla senang
‘oke, tunggu ya.
Cakka otw’
‘siap’ balas Shilla
dengan senyum semangat.
“lagi apa Shill?”
tanya Alvino pada Shilla yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
“ohh. Lagi nunggu
dijemput” jawab Shilla masih tersenyum.
“oh nunggu si alien
tijel itu?” tanya Alvino yang sudah mengetahui banyak tentang Shilla.
“ihh, kok
ngomongnya kayak ngeledek gitu sih?!” kesal Shilla.
“ya kan dia
memang-tidak-jelas” ujar Alvino dan langsung pergi meninggalkan Shilla.
“ANEH” teriak
Shilla.
Alvino terlalu
mengikuti perkembangan hidup Shilla. Terlalu kepo hingga membuat Shilla kesal
sendiri. Ia banyak tau tentang Shilla yang entahlah ia dapatkan darimana. Tapi
Shilla sama sekali tidak memperdulikannya selama apa yang ia perbuat masih
dapat dibilang wajar.
Tidak lama kemudian
Cakka datang.....
“Caakkaaaa” sapa Shilla sambil memamerkan
senyum termanisnya untuk Cakka
Cakka membalas
senyumnya.
Mereka pun pulang
bareng.
“cakka, dateng ke
penutupan experience gak?” ujar Shilla memulai pembicaraan.
“gak aaah” jawab
Cakka. Experience adalah acara tahunan di sekolah Shilla,pada penutupannya ada
semacam acara pensi.
“yaaah Cakka dateng
dong”
“iya. insyaAllah”
“dateng ya
pokoknya”
“dateng gak yaaa”
“yaudahlah
terserah” sebal Shilla. Cakka memang sangat menyebalkan.
***
Tiba waktunya acara
penutupan Experience. Shilla yang menjadi design panggung dan properti untuk
acara tersebut telah datang dari pagi buta. Tidak ada kabar dari Cakka. Shilla
sangat mengharapkan kehadiran Cakka. Tapi, Shilla tidak ingin terlalu berharap
dengan sikap Cakka yang seperti alien itu.
Pukul 11 Shilla
memutuskan untuk pulang dulu, karna
puncak acara masih nanti sore, dan Shilla sedikit merasa lelah usai mendekorasi
panggung yang cukup besar.
“haaaaaaaft. Cakka
mana sih ah” gerutu Shilla saat merebahkan tubuhnya di sofa.
Shilla melirik lagi
hpnya. Tetap saja hanya rame dengan pesan dari teman2nya. Shilla mengabaikan
hingga akhirnya tertidur.
Shilla tidur hingga
pukul 3 sore. Ia terbangun karna ada telpon dari temannya.
“iya vi?? Maaf
ketiduran”
“yaampun
Shillaaaaa.... gue udah rapiiih...
cepetan siap-siap. Gue tunggu di tempat biasa”
“iya”
Shilla langsung
bangun, dan mandi secepat mungkin. Memilih sembarang baju dan membiarkan
rambutnya terurai. Dan langsung berangkat menemui Sivia.
“ah lama luuu”
“maafff... beneran
ketiduran”
“pantesan mata lo
sipit Shill, tidur mulu”
“gak ada
hubungannya”
“Cakka dateng?”
“gataaaau” jawab
Shilla dengan malas. Shilla bertekad akan terakhir kalinya mengecek hpnya.
Dan..... ada pesan dari Cakka! Shilla buru-buru membukanya.
“Shilla dimana?”
“lagi dijalan mau
ke sekolah. Cakka dateng?”
“masih dijalan? Iya
ini udah di sekolah Shilla”
“yeay. Yaudah
tunggu”
Shilla langsung
memeluk Sivia. Entahlah, rasa kesalnya pada Cakka langsung lenyap seketika.
Cakka selalu saja begini-__-
“ngapain sih Shil”
ujar Sivia merasa risih karna pelukan Shilla yang terlalu erat.
“Cakka dateng.
Hehe” jawab Shilla senang
“asik daaah. Haha
yaudah kita harus cepat sampai sekolah” ucap Sivia dan langsung mempercepat
laju motornya.
***
Waktu terus
berjalan hingga tiba sore. Shilla kini berada disamping Cakka. Dan ada temannya
Cakka yang bernama Ilham.Cakka dan Ilham asik berbincang seputar kelakuan
mereka yang aneh. Shilla hanya ikut menyimak dan mengomentari jika ada yang
sangat aneh. Dan tidak lama muncul Gabriel, yang kini menjadi teman satu
kelasnya Ilham.
“kalian pacaran?”
tanya Gabriel yang ditujukan pada Shilla dan Cakka.
Shilla terdiam.
Membiarkan Cakka yang menjawab.
“engga. Kita
gapacaran. Kalo mau deketin, deketin aja” ujar Cakka sepontan.
Gabriel menatap
heran kepada Shilla. Shilla benar-benar merasa kecewa dengan pernyataan Cakka.
Memang benar mereka tidak pacaran. Tapi kalimat tambahan yang Cakka ucapkan
sungguh membuat kesal Shilla. Terlebih lagi, Cakka mengatakan pada seseorang
yang baru saja Shilla tolak hanya untuk menjaga hati Cakka.
“Cakka jahat
banget” ujar Shilla. Namun Cakka hanya tersenyum.
“gue mau pulang
nih. nitip Shillanya ya” ujar Cakka lagi.
“enggga. Cakka
gaboleh pulang!!” ujar Shilla, matanya terasa memanas.
“tapi, Cakka harus
pulang” ujar Cakka, entahlah sedari tadi apa Cakka sadar atas semua
perkataannya?
“yaudahlah, Shilla
sama Gabriel aja” ujar Shilla menahan airmatanya. Ia mendekati Gabriel dan
sedikit berbincang untuk mencairkan suasana.
“itu siapa Shill?”
tanya Gabriel.
“Cuma temen SD”
ungkap Shilla.
“oalah. Kirain
pacar. Tapi gamungkin ya, masa dia bilang gitu” ujar Gabriel tersenyum lega.
“iya bukan kok”
jawab Shilla membalas senyum Gabriel.
“yaudah ganti
pembahasan yuk. Shilla udah tes darah?”
“belum. Emang bakal
ada tes darah?”
“iya. kelas gue
udah. Shilla takut gak kalo disuntik?”
“tergantung. Hehe”
“jangan takut ya.
Ga sakit dan bener-bener ga kerasa” ucap Gabriel meyakinkan Shilla. Shilla
mengangguk paham. Disaat seperti ini, Shilla merasa menyesal telah menolak
Gabriel dan mempertahankan Cakka.
Shilla melirik
kearah Cakka, ternyata Cakka belum pulang tapi Cakka mengumpat dibelakang
Ilham.
“Cakka nya gak ada
Shill” ujar Ilham.
“hhhf” Shilla menghembuskan nafas berat. Masih
sempatnya Cakka berkelakuan seperti itu.
“Cakkaaaaa......”
panggil Shilla. Cakka muncul dari balik punggung Ilham dan tersenyum.
Cakka selalu
membuatnya kesal tapi sangat sulit untuk Shilla meluapkan kekesalannya
pada Cakka.. apa Shilla terlalu sayang?
Cakka menghampiri
Shilla. Gabriel pun pergi bersama Ilham meninggalkan mereka berdua.
“jangan pulang”
pinta Shilla, benar-benar memohon Cakka untuk mengerti.
“iya..” jawab Cakka
pada akhirnya. Cakka menggandeng Shilla dengan erat. Kembali menipiskan rasa
kesal Shilla.
Shilla tersenyum
senang kepada Cakka. Tibatiba Cakka melepas genggamannya.
“pulang aaah” ujar
Cakka memancing emosi Shilla lagi.
“aaaaaah nanti
ajadooong” pinta Shilla memamerkan wajah memohonnya.
Cakka justru
melangkah menjauhi Shilla. Shilla pun mengejarnya. “pulang ah pulang” ledek
Cakka sambil berlarian kecil.
“Cakk...” gumam
Shilla saat Cakka menabrak seseorang. Dan orang yang ditabrak itu adalah
Alvino. Alvino melirik sebentar ke arah Cakka dan kemudian memandang sinis
Shilla, dan tidak lama berlalu. Sepertinya Cakka mengabaikan kejadian tadi.
Shilla pun tidak ambil pusing untuk memikirkan sikap Alvino yang selalu aneh
itu.
“Cakka ah. Jangan gitu.
Sebentarrr lagi deh” ucap Shilla yang telah mendapati lengan Cakka.
“iya ya? Sebentar lagi”
ujar Cakka
“iyaa!” sahut
Shilla dan menggenggam tangan Cakka lebih erat. Rasanya Shilla ingin sekali saat ini juga
waktu dapat berputar selamban mungkin. Shilla ingin selalu ada disamping Cakka.
Shilla dan Cakka
telah terhanyut oleh suasana ramai penampilan musik di panggung hingga Malam
pun tiba, memaksa Shilla dan Cakka untuk kembali berpisah.
Shilla memandang
wajah Cakka yang terlihat sangat gelisah. Shilla menempelkan telunjuknya dengan
pelan ke pipi Cakka. Cakka menoleh ke arah Shilla.
“yaudah yuk pulang”
ajak Shilla dengan nada kecewa
“nanti aja” jawab
Cakka dengan nada lelah.
“Shilla mau
pulang!! ayo pulaaang” ajak Shilla.
“gapapa?” tanya
Cakka
“gapapa kok” ujar
Shilla.
Shilla dan Cakka
berjalan menuju parkiran motor. Setelah mereka berdua telah berada diatas motor
Cakka, Cakka langsung melajukan motornya menuju rumah Shilla.
“gomen..” ujar
Cakka dengan satu kata bahasa jepang yang berarti maaf.
“iya gapapa” ucap
Shilla menahan suara getarnya. Entah sudah berapa banyak Shilla mengucapkan
kata’gapapa’ untuk Cakka.
“peluk dong” pinta
Cakka
Shilla memandangi
punggung Cakka. Dan langsung memeluknya. Shilla merasa sesak tiap bernafas. Sebenarnya
Shilla masih ingin lebih lama bersama Cakka. Shilla merasa sedih karna mereka
selalu tidak punya waktu yang banyak untuk bersama. Bahkan Shilla banyak merasa
sikap Cakka yang sulit untuk ia pahami. Cakka menyebalkan, tapi ada sesuatu
dalam diri Cakka yang membuat Shilla tidak mau kehilangan Cakka.
***
-to be continue-
Yosh, segini dulu
yaaa. Pikiran lagi buntu banget. Kemunculan Cakka nya juga jadi gak sebanyak di
part sebelumnya, hmm. Ada Alvino sih.
Yaudah
Makasih buat yang udah ngebaca dan ngasih
saran buat cerita ini. wkwk di part 3 ini bener-bener konflik semua ya
kayaknya.
Apa yang akan
terjadi dengan Cakka-Shilla-Alvino......
Tunggu kelanjutannya yaaaa.....
Di part 4 bakal
ditamatin deh kayaknya.
Matta ne-